Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Merayakan Hari Raya idul Fitri: Menghayati Kembali Tujuan Satu Bulan Puasa


Berbahagia dalam menyambut hari raya idul fitri memang tidak disalahkan. Karena sudah sepantutnya bagi kita umat muslim bisa berbahagia di hari raya kemenangan. Setiap orang sudah tentu akan merasa bahagia, baik anak-anak, orang dewasa maupun para orangtua. Pasti, setiap diri kita akan merasa bahagia diberikan umur bisa sampai pada hari kemenangan ini.

Namun, tidak boleh lupa, atau menjadi berlebihan dalam menyambut hari raya idul fitri. Bagi mereka yang begitu menghayati makna bulan suci Ramadhan dan hari raya, akan ada perasaan sedih dalam menyambut hari raya. hal ini sebagaimana dirasakan bagi Sahabat dan ulama salafus shalih, di mana mereka akan merasa sedih di akhir bulan Ramadhan.

Bagi mereka, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Tatkala harus berpisah dengan bulan suci Ramadhan, berat akan meninggalkannya. Hal ini karena bulan  suci Ramadhan hanya akan bisa kita temui satu kemudian, sedangkan kita tidak pernah tahu apakah usia kita bisa sampai bertemu di bulan suci Ramadhan berikutnya.

Melepas kesedihan melewati bulan suci Ramadhan dan menyambut kemenangan hari raya sangatlah diperbolehkan. Bagaimana pun, menyambut kebahagiaan hari raya adalah kewajiban bagi kita umat muslim. Namun, dalam menyambut kemenangan hari raya, jangan sampai kita berlebihan sampai lupa akan dari nilai dari idul fitri tersebut. Karena, selalu ada batas dan langkah tepat dalam menyambut hari raya idul fitri.

Menghayati Kembali Tujuan Satu Bulan Puasa
Menyambut kemenangan idul fitri tak lantas melupakan tujuan kita berpuasa. Karena memaknai kemenagan hari raya adalah kita telah berhasil atau mampu menahan hal-hal negatif yang dilakukan selama bulan suci Ramadhan. Serta kita telah memperbanyak dan memperdalam kualitas keimanan.

Tujuan kita berpuasa adalah agar menjadi orang yang bertakwa. Oleh sebab itu, banyak dari kita yang berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan. Namun, apakah kita sudah meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah Swt? Sehingga, kita akan merasa menjadi manusia yang bertaqwa?
Memahami menjadi manusia bertaqwa pun tidak sampai di bulan suci Ramadhan saja. Bila selama berpuasa kita semaksimal mungkin menjadi manusia yang bertaqwa dengan menjalankan yang ma’ruf dan mencegah dari munkar. Maka, setelah bulan suci Ramadhan pun demikian juga. Karena itulah makna dalam menyambut hari raya idul fitri.

Kita telah berhasil, berproses menjadi manusia bertaqwa di bulan suci Ramadhan, dan siap menjadi manusia bertaqwa di bulan-bulan selanjutnya. Bila di bulan suci Ramadhan kita banyak berbuat kebaikan, sama halnya dengan setelah bulan suci. Demikian bila di bulan suci kita banyak menahan hawa nafsu dalam berbuat hal-hal negatif, maka di bulan berikutnya pun demikian.

Ubay bin Ka’ab memberikan sebuah gambaran mengenai apa itu taqwa. Umar bin Khattab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa. Ubay berkata, “Apakah Anda pernah melewati jalan yang banyak durinya?” “Pernah,” jawab Umar. “Bagaimana jika Anda melewatinya lagi?” Umar menjawab, “Saya sungguh akan berhati-hati melewati jalan tersebut.” Ubay pun berkata, “Itulah arti taqwa yang sebenar-benarnya.”
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk merenungi selama satu bulan penuh berpuasa, apa saja yang sudah kita perbuat. Sudahkan kita menjadi mansia yang bertaqwa sebagai Allah Swt menyerukan firmannya kepada kita semua. Sungguh, jangan kita jadikan diri kita sendiri termasuk orang berpuasa yang hanya mendapat lapar dan haus saja. “Betapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali lapar dan dahaga.” (HR. At-Thabrani.)

Sambut Idul Fitri dengan Melaksanakan Sunnahnya
Agar tidak meninggalkan keberkahan hari raya idul fitri, maka sangat baik bila seorang muslim menyambut idul fitri dengan melaksanakan sunnahnya. Adapun sunnah dalam menjalankan idul fitri seperti bertakbir.

Mengumandangkan gema takbir sudah pasti bisa kita dengar dari satu masjid ke masjid lain yang saling bersahutan. Bahkan, sudah sejak malam hari, setelah selesai berpuasa, semua masjid, mushola mengumandangkan gema takbir.nah, sunnah mengumandangkan gema takbir di hari raya idul fitri dilaksanakan dimulai sejak terbenam matahari masuknya bulan syawal hingga salat ied dilaksanakan.

Sunnah selanjutnya adalah salat idul fitri. Salat ied sendiri dijatuhkan hukum sunnah muakkad. 

Namun, beberapa ulama ada yang mewajibkannya. Hal ini karena salat ied menjadi salat yang sangat dianjurkan. Sunnah selanjutnya seperti makan sebelum salat, berpakaian rapi dan berhias, mandi pagi dan pulang dari tempat salat ied dengan jalan yang berbeda.   *(NSR/BerbagaiSumber). 
nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

Posting Komentar untuk "Merayakan Hari Raya idul Fitri: Menghayati Kembali Tujuan Satu Bulan Puasa"