Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Hikmah Pemecatan Panglima Perang Khalid bin Walid Tanpa Kesalahan Diperbuatnya



Khalid bin Walid, seorang sahabat Rasulullah Saw yang kita kenal sebagai panglima perang terbaik pada masa Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab. Sepanjang karirnya ia tidak pernah kalah dalam memimpin bala tentaranya di medan perang. Keahliannya sebagai pemimpin perang sudah ada sejak ia menjadi panglima perang quraisy, hingga ia masuk Islam.

Berkat kemahirannya memimpin tentara di medan perang, ia banyak dielu-elukan. Semua orang memujinya. Begitu meriah sambutan yang ia dapat tiap kali ia muncul. “Hidup Jendral Khalid, hidup Panglima Perang.” Dan ia pun mendapatkan gelar khusus dari Rasulullah Saw sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Kepintarannya dalam mengatur strategi tidak bisa diragukan lagi. Khalid menjadi memang seorang panglima perang yang berbakat. Salah satu prestasinya yang enjadi kemenangan besarnya adalah saat ia berhasil mengalahkan tentara Byzantium. Tanpa rasa takut, pada saat itu Khalid bin Walid bersama prajuritnya berhasil mengalahkan mengalahkan 240.000 tentanra Byzantium di mana pada saat itu, ia hanya  bersama 46.000 tentara umat muslim yang dipimpim. Maka kemenangan inilah menjadi kemenangan besar selagius prestasi yang semakin mengukir namanya sebagai seorang panglima perang, Pedang Allah yang terhunus.

Saat ini, banyak berbagai media maupun buku yang mengisahkan kehebatan Khalid bin Walid sebagai panglima perang. Namun, ada satu kisah darinya yang menarik diperhatikan dan menjadi perenungan kita bersama sebagai manusia biasa.

Dikisahkan, pada suatu ketika, Khalid bin Walid yang sedang memimpin peperangan di garis terdepan mendapat surat dari Sayyidina Umar bin Khattab melalui seorang utusan. Pada selembaran surat tersebut, tertuliskan yang menyatakan bahwa Khalid bin Walid dipecat dari posisinya sebagai panglima perang, dan ia harus segera menghadap ke Umar bin Khattab.

Sebagaimana yang kita ketahui, pada masa itu Khalid bin Walid adalah seorang panglima perang yang ahli dalam siasat perang, mahir menggunakan senjata, pandai dalam berkuda, serta seorang panglima yang kharismatik.
Setelah mendapatkan surat pemecatan dan panggilan tersebut, jelas Khalid menjadi khawatir. Ia secara terus menerus memikirkan hal tersebut apakah ada kesalahan yang ia perbuat hingga dirinya dipecat. Namun, kesalahan apa? Pikirannya terus saja berjalan menghantui kesalahan apa yng diperbuat Khalid hingga ia dipecat.

Keesokan harinya, Khalid menghadap kepada khalifah Sayyidina Umar. Sesampainya di rumah beliau, Khalid mengucapkan salam dan melaporkan penerimaan surat pemecatannya tersebut. Maka bertanyalah Khalid kepada Sayyidina Umar atas dasar apa ia dipecat. Sebenarnya Khalid menerima saja pemecatannya, namun, ia juga ingin tahu, takut-takut ada kesalahan fatal yang ia perbuat hingga ia dipecat.

Maka, setelah menghadap, ia pun langsung bertanya kepada Sayyidina Umar. Dan Khalifah Umar pun memberikan jawaban atas pemecatan Khalid bin Walid bahwa ia tidak punya kesalahan. Umar pun mengatakan bahwa ia memang menjadi panglima terbaik di masanya saat itu.

Selanjutnya, dengan tenang, khaifah Umar bin Khattab menjelaskan bahwa Khalid memang panglima terbaik dan terhebat. Umar menjelaskan ia bahkan tak pernah kalah dalam memimpin peperangan. Namun, Khalifah Umar khawatir karena masyarakat dan prajurit yang selalu memuji dan menyanjunginya. Umar menjelaskan, bahwa kedaan masyarakat yang selalu memuji Khalid, takut membuatnya memunculkan rasa sombong pada dirinya, walau sedikit saja.

Khalifah menjelaskan, sebesar debu saja ada rasa sombong yang ada di hatinya, Khalifah Umar takut neraka jahannam menjadi tempat bagi Khalid bin Walid di akhirat kelak. Maka, untuk menjaga Khalid, Sayyidina Umar memecatnya dan ingin membuktikan bahwa di hadapannya saja Khalid tidak dapat berbuat apa-apa, apalagi di hadapan Allah Swt.
Mendengar penjelasan Sayyidina Umar, Khalid tertegun, bergetar, dan menangis bahagia. Ia bersyukur memiliki seorang pemimpin yang sangat menyayanginya, memikirkan hidupnya hingga akhirat kelak. Maka, Khalid pun langsung mendekap Khalifah Umar bin Khattab seraya mengucapkan terima kasih.

Tak sampai di situ, yang membuat Khalid lebih hebat lagi adalah ia tetap kembali berperang sebagai prajurit. Tidak sebagai panglima perang. Meliat kedatangan Khalid yang tetap datang berperang dan hanya menjadi prajurit, membuat prajurit lainnya terheran dan bertanta kepadanya mengapa ia masih mau berperang padahal sudah dipecat.

Maka Khalid pun menjawab bahwa ia berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena khalifah Sayyidina Umar. Ia berperang semata karena Allah Swt semata. Subhanallah... Semoga kisah ini bisa menjadi pembelajaran buat kita semua bahwa segala aktivitas yang kita lakukan hanya karena Allah Swt.


Jangan hanya karena jabatan, gaji yang tinggi, popularitas membuat kita lupa akan tujuan kita melakukan aktivitas/pekerjaan bahwa semua karena Allah Swt. Bahkan, karena sudah buta hati, walau kita telah melakukan kesalahan, kita tetap ngotot mempertahankan posisi jabatan kita. Sungguh, kekuasaan Allah dan hari akhir lebih berharga daripada seisi tipu daya di dunia ini. Semoga kita semua terhindar dari sifat sombong, gila jabatan, harta dan popularitas. Aamin.   *(NSR/BerbagaiSumber).
nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

1 komentar untuk "Hikmah Pemecatan Panglima Perang Khalid bin Walid Tanpa Kesalahan Diperbuatnya"

Sepeda 8 September 2017 pukul 09.23 Hapus Komentar
Thx ya sdh share