Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Kerajaanku

SIAGA 3: MEMPERKETAT PENJAGAAN

Hari ini kudapati diriku menjadi seorang pangeran. Dan pastilah ayah dan ibuku seorang raja dan ratu. Kerajaanku jauh di atas pegunungan. Sejuk, dan damai. Namun, akhir-akhir ini kerajaanku sering sekali diserang musuh yang ingin menguasai kerajaan. Penjagaan pun diperketat.

Sepertiga malam, di bawah sinar rembulan. Dinginnya angin malam pegunungan menusuk raga. Dan  malam ini menjadi sangat mencekam saat kulihat banyak bayang-bayang dalam gelap mengendap masuk kerajaan. Tiba-tiba bayang dalam gelap itu mengejarku. Tak bisa kudapati sosok wajah bayang hitam itu. Ia berpakaian bak ninja yg hanya terlihat matanya saja, ditambah gelapnya malam semakin membuat mereka tak  terlihat.


Mereka terus saja mengejarku. Semakin aku berlari ke halaman kerajaan, semakin banyak bayang malam yg mengejarku. Hingga akhirnya kuputuskan untuk melawan mereka. Pertarungan terjadi. Satu persatu bayang hitam kuhajar sekuat tenaga dengan alat bantu tongkat panjang yg kokoh dan kuat. Kuserang mereka pada bagian wajah dan dada. Satu persatu mereka semua tumbang. Hingga matahari muncul menyambut.

SIAGA 2: KEADAAN SESUNGGUHNYA

"Apa?" Sontak aku tertegun menelan ludah. Jantungku berdebar kencang. Betapa tidak, yang kuserang rupanya prajuritku sendiri. Ternyata semua prajuritku disekap. Tangan mereka diingkat, dan mulut mereka ditutup. Mereka dipakaikan pakaian ala ninja agar aku tidak mengetahui mereka adalah prajuritku.

Musuh kali ini sangat licik. Secara diam-diam mereka menyekap prajuritku, dan dengan cerdas membiarkan tawanan masuk kerajaan meminta tolong yang tak diketahui dan akan dianggap sebagai musuh. Dan musuhku? tentu saja mereka sudah masuk kerajaan di saat aku dan prajurit lainnya sibuk membrantas prajuritku sendiri di luar.

Pertarungan di dalam kerajaan dengan ayahku tak terelakkan. Sisa penjaga di dalam kerajaan berusaha sekuat tenaga melidungi raja. Namun, ayahku bukan raja yang lemah. ia ikut bertarung. menumpaskan musuh-musuh yang masuk dan mengacaukan kerajaan ini.

Dan di luar kerajaan, sungguh, melihat kekacauan ini, aku pun mengerahkan sisa-sisa prajurit yg masih ada untuk membantu mereka. Kulihat satu persatu prajurit tengah bersusah payah berdiri dan berjalan dengan luka-luka dan darah di bagian kepala dan wajah, dan ada sebagian yg merasa sesak dada akibat hentakan tongkat yg kubenturkan sekuat tenaga padanya.

SIAGA 1: CINTA(I) RAKYATMU

Aku pun merasa ngeri, takut, marah dan menyesal atas semua yang kuperbuat.
Terlihat satu prajurit yang tengah terluka parah, dengan darah di bagian wajahnya serta jalan sedikit pincang. Kuhampiri prajurit itu, dan aku berlari memeluknya, memohon maaf atas segala kesalahan ini untuk semua prajurit.

Aku terus saja menjerit berteriak sesekali tersedu tangis dalam pelukan sang prajurit. Tubuhku yg lebih kecil, membuat prajurit itu dengan mudah mengelus kepalaku, bak orangtuaku sendiri.

Dalam sakitnya, sambil berdiri yang tak lagi tegap, prajurit itu berusaha menenangkanku. Ia tahu di hadapannya saat ini adalah seorang pangeran, anak raja. Prajurit itu berkata, "Kami semua memaafkan tuan, ini semua di luar perkiraan kita semua." ungkapnya.


Setelah aku meminta maaf segenap hati, aku langsung memutuskan masuk ke dalam kerajaan bertemu sang raja, ayahku. Di samping ayahanda, aku menceritakan dan memohon maaf padanya atas semua insiden ini. Aku peluk ayahanda dan meminta hati lapangannya untuk menenangkanku.
Sesambil merangkulku, ayahanda mengeluarkan sepatah katanya.
"Jika kita manusia berbuat kesalahan, maka itu adalah hal wajar. Jika kita pemimpin tak sengaja melukai rakyatnya, maka minta maaflah pada rakyatmu. Cintamu, cinta kita sebagai pemimpin kerajaan adalah hal yang mereka butuhkan dari kita. Mereka bekerja di kerajaan ini tidak karena uang. Tapi karena mereka bangga bisa menjadi anggota kerajaan. Ini adalah bukti abdi mereka.  Nak, cintailah rakyatmu dengan segenap hati. Itulah yang akan memaafkan mereka atas kesalahan yg kita perbuat."

Selesai ayahanda menyampaikan menasehatiku, beliau melepas rangkulannya dan menatapku lekat-lekat. Menguatkanku dan berusaha memberikan jiwa semangat sang raja yang berkobar agar aku tak mudah goyah, dan dapat menjadi raja pemberani, tegar, sepertinya.

18-8-2015
Di samping kursi kerajaan.
nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

Posting Komentar untuk "Kerajaanku"