Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Peran-peran Organisasi Dakwah dalam Pembinaan Ummat


1. Dalil Menganai Lembaga Dakwah Islamiyah

            Allah Swt telah memberi petunjuk, bahwa melaksanakan tugas wajib dakwah Islamiyah, sabilillah, haruslah dengan satu organisasi khusus, harus ada lembaga tersendiri:
Wahai orang-orang yang beriman. Hendaklah kamu bertakwa benar-benar kepada Allah, dan janganlah kamu mati kecuali sebagai orang Islam.
Bersatulah kamu sekalian dalam ikatan tali Allah, jangan bercerai-berai, atau kenangkan nikmat Allah kepadamu di waktu kamu saling bermusuhan lantas Allah merangkaikan hatimu, sehingga dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara; di waktu kamu sedang berada di tepi jurang malapetaka, lantas Allah menyelamatkan kamu. Demikian caranya Allah menjelaskan ayat-ayatnya, semoga kamu mendapat petunjuk...
Perlu ada di antara kamu sekelompok umat yang berdakwah kepada kebaikan menyuruh makruh mencegah munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Jangan hendaknya kamuu seperti mereka yang bercerai-berai dan bertingkai pingkai setelah mendapat penjelasan, dan untuk mereka tersedia azab yang dasyat.
(Surat Ali Imran/3: 102-105)

            Ayat-ayat dari surat Ali Imran mewajibkan umat Islam agar mendirikan jamaah khusus, satu organisasi yang bertugas di bidang dakwah (ayat 104), dan organisasi itu haruslah berdiri di atas dua asas pokok; keimanan dan persaudaraan (ayat 102-103), sehingga dengan dua asas pokok ini jamaah muslimah akan sanggup menunaikan tugas beratnya dalam kehidupan manusia dan dalam sejarah kemanusiaan; tugas menyuruh makruf dan mencegah munkar; menegakkan kehidupan di atas dasar makruf dan membersihkan dari kotoran munkar. Kemudian kepada kaum muslimin yang berkumpul dalam jamaah itu diperingatkan agar mereka jangan bercerai-berai dan berselang-sengketa sesamanya (ayat 105), supaya mereka tetap kuat.

2. Pengertian Organisasi Dakwah
            Untuk mencapai sasaran dan tujuan dakwah, diperlukan suatu perangkat yang mampu memenenj gerakan dakwah. Dalam hal ini, diperlukan suatu organisasi dakwah yang kuat dan mapan sehingga gerakan dan aktivitas dakwah Islamiyah dapat berhasil memenuhi sasaran dan tujuan yang hendak dicapai.
            Pengorganisasian dalam bahasa inggris organizing yang berasal dari kata organism. Organism itu sendiri artimyamenciptakan struktur dengan bidang-bidang atau bagian-bagian yang dihimpun sedemikian rupa, sehingga hubungan kerja secara keseluruhan terikat antara satu sama lainnya. Jadi perorganisasian adalah suatu proses pembagian kerja atau pengaturan kerjasama dan para aggota organisasi.[1]
            Menurut hani Handoko pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya.[2]
            Menurut S.P. Hasibuan pengorganisasian yaitu suatu proses penentu, pengelompokan dan pngaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang pada aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan. Menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap invidu yang akan melakukan aktivitas tersebut.[3]
            Secara umum organisasi atau institusi Islam di Indonesia dapat dikelompokan ke dalam dua bagian besar, yaitu organisasi formal dan organisasi nonformal.[4]
            Organisasi formal ialah sebuah organisasi yang strukturasinya, eksistensi formal atau statusnya diakui baik oleh kalangan luar maupun kalangan dalam.
            Organisasi nonformal ialah organisasi atau ikatan jama’ah yang mempunyai ciri-ciri: (1) ikatan anggota dengan organisasi bersifat tidak formal. Ikatan ini hanya karena ide atau kegiatan saja, (2) kepemimpinannya bersifat fungsional, (3) jama’ahnya bersifat terbuka, heterogen, dan nonafiliatif.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa organisasi dakwah yaitu usaha dan gerakan dakwah yang dilakukan oleh banyak dan mempunyai susunan yang teratur untuk mencapai tujuan dengan cara yang baik dan tepat.
            Dalam organisasi perlu terdapat hal-hal berikut ini:
1.      Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
2.      Susunan dan bentuk pengurus.
3.      Struktur dan pembagian kerja.
4.      Program kerja, dan rencana kerja.
5.      Peraturan-peraturan yang menyangkut ke luar dan ke dalam dan lain-lain.
            Adanya organisasi yang baik dan militan yang mendukung dakwah Islamiyah adalah suatu keharusan mutlak karena tanpa adanya organisasi yang demikian, dakwah Islamiyah tidak dapat berjalan dengan baik, bahkan kemungkinan besar akan mandek sama sekali. Berdasarkan jalan ini maka ada pendapat yang menyatakan bahwa tugas pendukungan terhadap dakwah Islamiyah itu terletak di atas pundak Daulah Islamiyah.
            Sebagaimana pada masa Khulafaurrasyidin, organisasi negara yang mendukung dakwah Islamiiyah telah dibina lebih sempurna, telah dijadikan sebagai suatu nizham yang mempunyai alat-alat perlengkapan dan lembaga-lembaga menurut ukuran zamannya telah cukup baik.[5]
            Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al- Islam As- Siyasi”--- dikutip oleh Drs. Samsul Munir Amin, menjelaskan bahwa organnisasi-organisasi atau lembaga-lembaga negara yang ada pada masa Khulafaurrasyidin sebagai berikut.
1.      Lembaga Politik
            Lembaga yang termasuk dalam lembaga politik khilafah (jabatan kepala negara), wizarah (kementrian negara), dan kitabah (sekretaris negara).

2.      Lembaga Tata usaha
            Lembaga yang termasuk dalam urusantata usaha negara, idarah al-aqalin (pengelola pemerintahan daerah) dan pengurusan dewan-dewan.

3.      Lembaga Keuangan Negara
            Lembaga yang termasuk dalam lembaga keuangan negara adalah urusan-urusan keuangan dalam masalah ketentaraan, angkatan perang serta perlengkapan dan persenjataannya.

4.      Lembaga Kehakiman Negara
            Lembaga yang termasuk dalam lembaga kehakiman negara, urusan-urusan mengenai qadha (pengadilan negeri), mazhalim (pengadilan banding), dan hisabah (pengadilan perkara yang bersifat lurus dan terkadang perkara pidana yang memerlukan pengurusan segera).[6]

            Dengan tersusunnya lembaga-lembaga atau organisasi negara ini sebagai pendukung dakwah maka dakwah Islamiyah berjalan dengan lancar.

3. Pergerakan Dakwah

·         Urgensi pergerakan dakwah:[7]
1. Pergerakan merupakan inti manajeman dakwah
2. Fungsi yang secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana dakwah dan atau mubaligh)
3. Sangat menentukan kelancaran dakwah yang telah direncanakan dan diorganisir sebelumnya.


·         Langkah-langkah pergerakan dakwah:[8]
1. Pemberian motivasi (motivation)
2. Pembimbingan (conselling, commanding, leading)
3. Penjalinan hubungan (cordination)
4. penyelenggaraan komunikasi (communication)
5. Pengembangan atau peningkatan pelaksana (training and development)


4. Peran-peran Organisasi Dakwah Islam di Indonesia

            Di Indonesia, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang dakwah cukup banyak. Dalam hal ini, lembaga atau institusi keagamaan cukup punya andil yang besar bagi pengembangan dakwah Islam di Indonesia.
            Organisasi-organisasi keagamaan yang bergerak dalam bidang dakwah antara lain:
1.      Muhammadiyah
            Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan dan kawan-kawan di Yogyakarta, pada 18 November 1912 M bertepatan pada 8 Dzulhijjah 1330 H.
            Tujuan organisasi Muhammadiyah yaitu menegakkan dakwah Islamiyyah dalam arti seluas-luasnya, bidang usahanya mencakup ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan dakwah.
            Muhammadiyah memiliki banyak sekolah-sekolah formal, madrasah, rumah sakit, balai pengobatan, rumah yatim piatu, dan panti asuhan. Universitas-universitas Muhammadiyah banyak yang menyebar di berbagai kota.
            Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan telah banyak berjasa dalam perjuangan negara Indonesia. Di antara tokoh Muhammadiyah yang diakui pemerintah sebagai pahlawan nasional adalah KH. Ahmad Dahlan, KH. Mas Mansur, Ny. H. Walidah Ahmad Dahlan, dan H. Fakhruddin.

2.      Nahdlatul Ulama (NU)
            Nahdlatul Ulama (NU) artinya kebangkitan ulama, adalah organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama pesantren di bawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari, di surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Di antara para tokoh ulama yang ikut mendirikan NU adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH. Ma’shum Lasem, dan lain-lain.
            Lapangan usaha NU meliputi bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. NU mendirikan pondok pesantren besar yang tersebar di Indonesia, seperti Pesantren Tebuireng Jombang, Pesantren Peterongan Jombang, Pesantren Tambak Beras Jombang, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Asembagus Situbondo, Pesantren Kajen Pati, Pesantren Lasem Lembang, Pesantren Kalibeber Wonosodo, Pesantren Buntet Cirebon, Pesantren Cipasung Tasikmalaya, dan lain-lain. Di samping pesantren, pendidikan yang dikelola oleh NU adalah sekolah-sekolah formal dari MI, MTs, MA, juga SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.
            Dalam perjalanan sejarahnya NU pernah terjun di bidang politik, yaitu partai politik Masyumi (1955). Pada saat pergerakan kemerdekaan Indonesia, peran NU cukup besar. Bahkan di antara para tokoh NU ada yang diakui sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah RI antara lain: KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, KH. Zainal Mustafa, KH. Zainul Arifin.[9]

3.      Majlis Ulama Indonesia (MUI)
            Majlis Ulama Indonesia (MUI) didirikan pada tanggal 26 Juli 1975. MUI merupakan organisasi Islam yang bergerak dalam bidang dakwah Islamiyah di Indonesia yang didirikan oleh pemerintah Indonesia. Pengurusnya terdiri dari berbagai tokoh Islam dari berbagai organisasi yang ada.
            Tokoh-tokoh Islam yang pernah menjadi pengurus MUI antara lain: Prof. Dr. HAMKA, KH. M. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali Yafie, dan Dr. KH. MA. Sahal Mahfuz.


Referensi:
·         Munir Amin, Samsul. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
·         Hasanuddin. 2005. Manajemen Dakwah. Jakarta: UIN Jakarta Press.
·         A. Hasjmy. 1994. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an. Jakarta: PT Bulan Bintang.
·         Abd. Rosyad Shaleh. 1993. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang




[1] Abd. Syani, Manajeman Organisasi (1987:107)--- dikutip oleh Drs. Hasanuddin, MA. Manajemen Dakwah (UIN Jakarta Press, 2005), h. 111.
[2] T. Hani Handoko, Manajeman Edisi 2 (1984: 157)--- dikutip oleh Drs. Hasanuddin, MA. Manajemen Dakwah (UIN Jakarta Press, 2005), 112.
[3] Melayu S. P. Hasibuan, Manajeman Dasar dan Pengertian dan Masalahnya (1985: 117)--- dikutip oleh oleh Drs. Hasanuddin, MA. Manajemen Dakwah (UIN Jakarta Press, 2005), 112.
[4] M. Dawan Raharjo, Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan (1997: 38-39)--- dikutip oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 133.
[5] Prof. A. Hasymi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang) h. 334.
[6] Dr. Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al- Islam al- Siyasi, h. 336-382--- dikutip oleh Prof. A. Hasymi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an, h. 334-335.
[7] Abd. Rosyad Shaleh, Op.cit, h. 117-118.--- dikutip oleh Drs. Hasanuddin, MA. Manajemen Dakwah (UIN Jakarta Press, 2005), h. 114.
[8] E.K. Mochtar Effendi, Manajeman Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (1986: 28). --- dikutip oleh Drs. Hasanuddin, MA. Manajemen Dakwah (UIN Jakarta Press, 2005)
[9] Samsul Munir Amin, “NU dan Perjuangan Nasional” dalam majalah AULA, Edsisi November 1991, h. 72-76. ---dikutip oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 139.
nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

Posting Komentar untuk "Peran-peran Organisasi Dakwah dalam Pembinaan Ummat "