Deka Komanda Yogantara: Bersama Ayobaca.in Membuka Akses Pengetahuan kepada Tunanetra Melalui Karya Digital Audiobook
Membaca
buku, di masa sekarang sudah seharusnya menjadi sebuah trend hidup. Bukan hanya
sekedar gaya hidup berpakaian dan tempat nongkrong saja. Di zaman serba
teknologi ini, membaca sudah menjadi hal yang sangat dekat dengan kehidupan.
Melalui handphone, kita bisa mengakses berbagai macam informasi berita
maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Namun,
miris rasanya jika penggunaan smartphone tidak digunakan dengan ‘smart’.
Pengguna lebih suka mengugunakan untuk kegiatan ber-social media saja.
Hal ini mengakibatkan menurunkan minat baca buku di kalangan generasi muda.
Tidak
bisa dipungkiri, budaya membaca buku masih terbilang sedikit followersnya
yang menjadikan budaya ini sebagai sebuah trend. Padahal, secara jelas membaca
buku akan memperluas wawasan, kemampuan berpikir dan berlogika seseorang. Ya,
walau bagaimana pun, budaya membaca memang perlu pembiasaan terlebih dahulu
hingga seseorang bisa menjadikan hal tersebut sebuah kegemaran.
Berbagai
macam komunitas maupun gerakan membaca saat ini sudah marak kita temui.
Tujuannya jelas, mereka ingin menjadikan budaya membaca sebagai virus yang akan
menular kepada oranglain. Salah satunya adalah Deka Komanda, Mahasiswa UI
kelahiran 96 ini menjadi salah satu pemuda yang menebarkan virus membaca. Lebih
spesifik lagi, Deka membuat gerakan budaya membaca buku kepada tunanetra.
Deka
pun termasuk salah satu generasi muda yang gemar membaca buku. Setiap satu
bulan, biasanya dia menghabiskan 2-5 buku bacaan. Kegemarannya ini ingin sekali
bisa ia sebarkan kepada generasi muda lainnya. Ia berharap, generasi muda tidak
menganggap buku sebagai barang yang mewah dan cukup mahal. Sehingga, perlu
adanya upaya dari banyak pihak yang mendorong kegemaran membaca buku di
kalangan anak muda saat ini.
Melalui
karya digital ayobaca.in, ia memberikan akses pengetahuan, gagasan, inspirasi,
cerita maupun ide yang berasal dari buku-buku bisa dikonsumsi oleh tunanetra.
Melihat minimnya buku braile dan audio buku kepada tunanetra, Deka bersama 6
teman lainnya Debora, Claristy, Velta, Risyad, Razi dan Ferry menggagas suau
gerakan ayobaca.in.
“Kami bertujuan untuk mendorong peningkatan
ketersediaan buku yang dapat diakses tunanetra. Sehingga tunanetra dapat
mengakses pengetahuan, gagasan, inspirasi, cerita, dan ide yang berasal dari
buku. Jangka panjangnya, dengan informasi dan pengetahuan yang tersedia, dapat
membantu tunanetra untuk menggapai cita-citanya,” ujar Deka.
Keinginan
Deka dan kawan-kawan untuk membantu tunanetra agar bisa membaca buku karena
melihat banyaknya buku konvensional yang tersedia untuk kita, namun buku-buku
braille dan audiobook sangat terbatas. Oleh sebab itu, Deka berinisiatif
menggunakan teknologi sebagai solusi masalah tersebut.
Karya
digital dari ayobaca.in merupakan sebuah aplikasi yang bisa diakses oleh
masyarakat yang ingin menyumbangkan suara dengan membacakan buku. Di mana suara
dari teman-teman inilah yang diharapkan nanti oleh Deka dan kawan-kawan menjadi
media bagi teman-teman tunaetra untuk menggapai mimpi dan cita-cita.
“Ada
dua manfaat yang ingin kita wujudkan dari gerakan ayobaca.in ini. Pertama kita
ingin memberikan akses buku bacaan kepada tunanetra. Kedua mendorong masyarakat
Indonesia untuk lebih giat membaca dengan turut menjadi relawan ayobaca.in.”
Gerakan
ayobaca.in yang digagas oleh Deka mengutamakan penggunnan aplikasi. Namun, di
luar aplikasi masih ada kegiatan, seperti roadshow ke beberapa kota di
Indonesia dengan berbagi pengalaman dan informasi seputar ayobaca.in. roadshow
ini turut dihadiri juga oleh relawan, teman-teman tunanetra dan masyarakat
umum.
Sampai
saat ini, berjalannya satu tahun gerakan ayobaca.in sudah menghasilkan kegiatan
early contributors ayobaca.in yakni merekam buku yang dilakukan oleh
volunters sebelum aplikasi ayobaca.in diluncurkan. Sampai saat ini, Deka
melihat tingginya antusias relawan yang sampai 2300 pendaftar. Kegiatan
lainnya, ada meet the inspiration menjadi kegiatan bersilaturahmi kepada
teman-teman tunanetra, relawan dan masyarakat umum dalam kegiatan talkshow.
Deka
dan kawan-kawan mempunyai sebuah harapan besar yang sederhana. Harapan yang
diangankan bukan semata untuk kenikmatan diri sendiri. Melainkan, untuk
kesejahteraan kawan-kawan tunanetra dalam meakses buku. Yakni, terwujudnya
akses buku bacaan yang inklusif bagi tunanetra di Indonesia.
Ya,
semua karena membaca buku adalah jendela dunia, sebagaimana pepatah lama
tersebut masih terngiang di telingan kita. “Ada pepatah lama yang mengatakan
buku adalah jendela dunia. Membaca buku memebrikan kita akses pengetahuan,
informasi maupun ide/gagasan yang dapat mendorong kita menjadi individu yang
lebih baik, yang dapat berkontribusi kepada sesama dan bangsa. Semakin banyak
orang yang gemar membaca, semakin banyak ide, gagasan dan ide pengetahuan
tersebar di masyarakat. Sehingga dengan menyebarkan virus membaca, kita turut
membangun masyarakat yang lebih berwawasan.” Ujar Deka menyampaikan pentingnya
membaca dan menyebarkan virus membaca.
Deka
sebagai generasi muda yang gemar membaca dan ingin menyebarkan virus membaca
mempunyai pesan-pesannya kepada masyarakat. “Saya percaya ada dua hal yang dapat mengubah
seseorang, pertama adalah orang yang ditemuinya, dan yang kedua adalah buku
yang ia baca. Mari kita lebih giat membaca buku lewat ayobaca.in di mana tidak
hanya dapat memperkaya pengetahuan kita sendiri, namun juga dapat memperkaya
pengetahuan teman-teman tunanetra di seluruh Indonesia. Silahkan cek di www.ayobaca.in serta ikuti instagram kami di @ayobaca.in
untuk informasi terkini gerakan ini.”
Terakhir, Deka mempunyai pesan-pesannya kepada
masyarakat tunanetra, “Buku adalah jendela dunia. Terus kejar semangat
teman-teman dengan memperoleh pengetahuan dan gagasan melalui buku bacaan. Teman-teman
dapat menghubungi contact@ayobaca.in apabila ada pertanyaan dan
saran.” *(NSR).
Nama: Deka Komanda Yogyantara
Aktivitas: Salah satu pendiri komunitas
ayobaca.in, mahasiswa UI
TTL: Pangkalpinang, 30 April 1996
Posting Komentar untuk "Deka Komanda Yogantara: Bersama Ayobaca.in Membuka Akses Pengetahuan kepada Tunanetra Melalui Karya Digital Audiobook"