Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Gara-Gara Mas Gagah Pergi









         Salam sahabat blogger, setelah puas dengan dua kali saya menonton film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) yang merupakan karya dari novel Helvi Tiana Rosa, akhirnya saya buatlah review film yang saat ini masih menjadi film terfavorit penonton di bioskop-bioskop tanah air awal tahun ini. Review ini pula menjadi syarat saya untuk ikut lomba Review Film KMGP yang diadakan oleh FLP pusat. Semoga review ini menjadi bermanfaat untuk pembaca dan segera menonton setelah baca tulisan ini. Kalo saya saja bisa dua kali nonton, yakin kamu gak mau nonton sama sekali?

Film                    : Ketika Mas Gagah Pergi
Penulis Novel     : Helvy Tiana Rosa
Tanggal Tayang : 21 Januari 2016
Genre                  :Drama
Pemain             : Hamas Syahid, Aquino Umar, Masaji Wijayanto, Izzah Ajrina, Wulan Guritno,  Meta Rizki Nurmala.

REVIEW KMGP (KETIKA MAS GAGAH PERGI)

           Mas Gagah sangat tampan, modern, baik, cerdas, rajin solat dan sangat gigih. Sejak kecil Mas Gagah selalu mendapatkan prestasi. Tapi bukan itu yang terpenting bagi Gita. Kasih sayang dan cinta Mas Gagah adalah hal utama yang dimiliki Gita dari Mas Gagah. Ya, Gita Ayu Pratiwi dialah adik Mas Gagah cewe  tomboy, modern dan sangat manja terhadap Mas Gagah.

      Gagah Perwira Pratama, kehadirannya sangat disyukuri oleh Gita. Bagi Gita, Mas Gagah segalanya. Mas Gagah selalu ada buatnya. Ke mana pun Gita ingin pergi, Gagah selalu ikut menemani. Sampai rutinitas menjemput Gita pulang sekolah. Tiada orang yang lebih menyanyanginya selain Mas Gagah dan ibunya saat ini. Ya, tinggal Mas Gagah dan ibunya orang yang menyayangi Gita. Ayahnya telah pergi meninggalkan keluarganya terlebih dahulu. Hal ini pula yang menjadikan Mas Gagah menjadi seorang kakak yang sangat penyayang dan gigih menjalani hidup guna menjadi tulang punggung keluarga.

         Kecerdasan dan kegigihan Mas Gagah dibuktikan setelah ia sukses menghidupi dan membahagiakan keluarganya dengan menjadi tulang punggung keluarga. Mas Gagah bekerja sebagai model  dan menjalani pekerjaan lainnya di sela-sela kesibukan kuliahnya.

           Namun, kesuksesan Mas Gagah menjadi model berakhir, ia memutuskan untuk berhenti. Hal ini terjadi setelah Mas Gagah pulang dari Ternate, Maluku Utara. Tujuan awal Mas Gagah pergi ke Ternate adalah menyelesaikan tugas akhir skripsinya selama dua bulan. Namun, tidak disangka, dua bulan memang bukan waktu yang sebentar hingga di sana ia  bertemu Kiyai Gufran. Semenjak saat itu, kepulangan ke rumah dirasa aneh oleh Gita dan ibunya.

       Mas Gagahnya Gita berjenggot dan lebih sering menggunakan pakaian muslim. Tidak lagi modern dan gaul. Selera musik Mas Gagah pun berubah menjadi nasyid dan lebih sering mendengar ayat-ayat suci Al-Qur’an. Dan pergaulannya tidak lagi dengan teman-teman gaul lamanya serta modernnya lagi. Mas Gagah tidak lagi sering pergi-pergi ke mall, kafe, ataupun nonton konser, ia lebih suka mengajak teman-teman barunya mengadakan pengajian di rumah, masjid, atau bakti sosial.  Semuanya ini jelas tidak bisa diterima oleh Gita.


          Gita selalu protes dan berantem dengan Mas Gagah yang tidak lagi berpikiran sejalan. Menurut Gita, Mas Gagah sudah mengikuti aliran sesat. Perdebatan setiap hari mereka pun diputuskan Gita untuk tidak lagi sering bersama dengan Mas Gagah. Berat bagi Gita menjalaninya. Begitupun ternyata buat Mas Gagah. Bagi Mas Gagagh ini menjadi ujian berat untuk perubahannya yang dinilai baik pasca bergurunya dengan Kiyai Gufran. "Allah tak sembarang memberikan cobaan melapaui batas kemampuan hambanya,"  begitulah yang diingat Mas Gagah atas nasehat Kiyai Gufran untuk sabar mengahadapi Gita.  

        Seiring pertengkaran Gita dengan mas Gagah yang dihindari lantaran jenuh mendengarkan ceramah-ceramah Masnya. Tidak disangka, Gita bertemu dengan sosok pemuda yang selalu ceramah di bis-bis ibu kota. Semenjak memutuskan untuk tidak diantar dan dijemput ke sekolah oleh Mas Gagah, Gita jadi berpergian menggunakan bisa kota. Dan di sanalah ia bertemu dengan Yudistira Arif Fisabilillah, yang ia sebut dengan cowo ganteng Fi Sabilillah.
Perjumpaan awalnya dirasakan sangat menyindir Gita. Pasalnya, Yudi memberikan ceramah isinya dengan materi ‘Hijrah’. 

      “Hijrah, yang artinya berpindah dari sesuatu yang lebih baik,” tegas Yudi memberikan ceramahnya di bis kota yang ditumpangi Gita. Dan Gita pun marah terhadapnya, ia langsung berdiri dan memaki Yudi ditebak-tebaknya bahwa pemuda itu suruhan Mas Gagah.




       Semua kejadian ini membuat Gita stres dan bingung. Baginya ini permasalahan besar. Berawal dari Mas Gagah, hingga bertemu Yudi pemuda yang gaya berbicaranya seperti Mas Gagah tentang agama. Kekesalannya dilampiaskan ke Mas Gagah.
     “Mas Gagah kaya orang lain, kaya musuh malah,” cerita Gita panjang lebar melampiaskan kekesalannya kepada Tika sahabat baiknya.
       “Kenapa kalian tidak bersatu saja sih. Emang bersatu itu harus sama? Boleh dong beda-beda,” jawab Tika menasehati Gita yang semakin membuatnya kesal saja.

        Curhatan Gita pada Tika disambut baik oleh sahabatnya ini. Hingga diputuskan oleh Tika membicarakan keluh kesah Gita terhadap perubahan Mas Gagah. Dan Mas Gagah pun hanya memberikan nasihat kepada Tika, “Kalo kita tidak setuju dengan suatu kebaikan yang tidak bisa kita pahami, kita bisa coba untuk menghargainya,” pelan dan santun Mas Gagah menasehati Tika.

    Seiiring berjalannya waktu, Gita masih saja belum baikan dengan Mas Gagah. Ia masih tidak ingin dijemput dan diantar dengan Mas Gagah. Namun, kebiasaannya naik bis kota semakin membuatnya jengkel lantaran selalu saja bertemu dengan Yudi.  Sampai pada perjumpaan di bus transjakarta, di mana Gita kecopetan dan ditolong Yudi. Mulailah, hati Gita bisa menerima Yudi setiap kali bertemu di bis kota untuk ceramah. 
       “Allah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya bentuk,” tegas Yudi disaksikan Gita saat ceramah di bis kota.

        Kisah Yudi yang dikenal Gita sepertinya sudah sulit dengan penolakan-penolah ceramahnya di bis kota ternyata tidak sampai di situ saja. Abahnya pun menolak aksi Yudi ceramah di bis kota. Abahnya juga melarang Yudi ikut latihan teatrikal ‘Perjuangan Palestina Membantu Kemerdekaan Indonesia’. Bagi Abahnya, cukup dengan Yudi ceramah di kampungnya dan menggantikan abahnya mengurusi perusahaan-perusahaannya yang sedang ada masalah dan tidak ada anak abah membantu. Oleh karena itu, abah Yudi sangat menginginkannya untuk tinggal bersama abahnya saja. Namun  tetap saja, yudi pada pendiriannya untuk ceramah di bis kota dan berdakwah melalui panggung teatrikal.


         Polemik Gita dan Mas Gagah semakin runyam saat uang traveling mereka berdua ke luar negri digunakan untuk membangun Rumah Cinta. Gita sangat marah lantaran Mas Gagah melanggar janjinya untuk bisa berlibur bersama berdua adiknya itu. Kegilaan Gita belum berhenti sampai di situ. Tika, sahabat baiknya tiba-tiba berubah drastis seperti Mas Gagah. Tika menjadi wanita berkerudung seperti anak rohis di sekolahnya. Dan bagi Gita, Tika sudah seeperti Mas Gagah. Hingga diputuskan untuk meninggalkan Tika.


 


         Namun tak disangka. Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Ajakan Mas Gagah menunjukan Rumah Cinta pada ibunya ini justru mampu merubah dan memberikan hidayah baru untuk sang ibu. Ibu Mas Gagah yang juga ibu tercinta Gita justru sangat terharu melihat kebaikan hati Mas Gagah mau membantu mantan pensiunan preman merawat anak-anak miskin di pinggiran Jakarta. 

        Bersama teman-teman barunya yang tidak modern itu, Mas Gagah membantu preman pensiunan merawat anak-anak miskin pinggiran dengan membangun rumah singgah, rumah baca, mushola yang diberi nama Rumah Cinta. Ibu Mas Gagah saat diajak ke tempat Rumah Cinta tak menyangka akan disambut baik dan diberikan kerudung. Di sinilah, ibu Mas Gagah mulai berpikir atas jalan Mas Gagah. Dan setelah ibu Mas Gagah mendapat hidayah dan jadi melihat-lihat kerudung pemberian anak-anak Rumah Cinta, Gita melihat dan tidak bisa menerima ini. Ditambah, ibunya itu berkata kepada Gita bahwa ini hidayah. Dan berharap ibunya bisa mendapat hidayah dengan cepat. 
           “Doakan ibu Nak, semoga bisa dapat hidayah,” ucap Penuh gembira ibunya kepada Gita.


        Dan semenjak saat itu, Gita merasa semakin sendiri. Semua orang menjadi berubah. Bermula dari Mas Gagah, bertemu dengan Yudi yang disebutnya cowo ganteng Fi Sabilillah, berubahnya Tika menjadi mengenak hijab, dan terakhir ibunya yang mengakui dan meminta doa Gita semoga diberikan hidayah dan bisa berubah menjadi lebih baik.

       Lantas, apakah kesendirian Gita ini akan merubahnya ikut berhijrah menuju jalan yang lebih baik? Bagaimana perjuangan Mas Gagah membangun dan merawat Rumah Cinta serta membangun keharmonisannya bersama Gita? Bagaiamana dengan perjuangan Yudi ceramah di bis-bis kota? Silahkan tonton filmnya di bioskop-bioskop kesayangan Anda.
            

Info lomba di web FLP:  www.flp.or.id
Info film KMGP           : www.kmgpthemovie.com 
nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

6 komentar untuk "Gara-Gara Mas Gagah Pergi"

nursaidr 3 Februari 2016 pukul 20.57 Hapus Komentar
www.kmgpthemovie.com
www.flp.or.id
Unknown 4 Februari 2016 pukul 00.04 Hapus Komentar
Bagus skelai ya, saya juga menonton kmgp. Yudi sangat menarik, setiap kali dia muncul selalu mendatangkan gelak tawa.
Unknown 4 Februari 2016 pukul 00.05 Hapus Komentar
Reviewnya bagus, Semoga reviewnya menang mas. :)
nursaidr 4 Februari 2016 pukul 12.13 Hapus Komentar
Makasih mas. Mas yg kemaren kita ketemu di bioskop lotte mart bintaro ya?
Ijonulis 27 Februari 2016 pukul 02.19 Hapus Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
nursaidr 28 Februari 2016 pukul 00.53 Hapus Komentar
duh, Bu Haji bisa aja ini....