Manifestasi Keimanan dalam Berbagai Aspek Kehidupan
Pengertian Iman
Iman
menurut bahasa adalah “percaya”, yaitu mempercayai akan ke-Esaan Allah dengan
segala sifat-sifat Nya yang sempurna. Untuk memantapkan kepercayaan tersebut,
perlu iman yang benar dan tauhid yang betul.Sesungguhnya iman bukanlah sekedar
percaya saja, melainkan juga harus dibuktikan dengan amal perbuatan
nyata.Misalnya, kepercayaan kepada Allah harus diikuti dengan melaksanakan
perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan dasar kecintaan.Karena orang
beiman itu sangat cinta kepada Allah.
Untuk
cinta kepada Allah harus mengenal-Nya terlebih dahulu.“Tidak tahu maka tidak
kenal, tidak kenal maka tidak cinta”. Rasulullah bersabda: “Permulaan agama itu
mengenal Allah”.
Tanda-tanda Beriman
Berdasarkan ayat-ayat
Al-Qur’an ada beberapa tanda-tanda orang yang beriman itu, di sini kita
simpulkan kepada tujuh macam tanda-tanda sangat cinta kepada Allah SWT:
1. Apabila
disebut nama Allah bergetar hatinya. Ma’rifah/cinta kepada Allah SWT.aqidah
yang kuat dan tauhid yang benar.
2.
Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah bertambah-tambah imannya.
3.
Tawakkal dalam
pengertian berserah diri setelah berdaya upaya secara maksimal.
4.
Menafkahkan
sebagian harta yang dianugerahkan Allah kepada orang yang berhak menerimanya.
5.
Orang yang benar
imannya apabila mendapat nikmat mereka bersyukur kepada Allah.
6.
Apabila mendapat
musibah mereka bersabar/tidak keluh kesah, tahan banting.
7.
Mendirikan
shalat yang khusyu mengerjakan shalat dengan rohani dan jasmani. Adapun manivestasi
iman dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
a) Manifestasi iman dalam kehidupan sosial
Manusia
adalah makhluk sosial ciptaan Allah yang paling indah dan mulia, manusia tidak
dapat hidup sendirian tanpa kawan.Dalam Surah Ali Imron :159;
Artinya:
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya
kamu bersikap keras.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentunya
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepad
Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal.” (Ali Imran:159)
Karena itulah,
kehidupan manusia memiliki kecenderungan mengelompok. Dari kelompok-kelompok
ini lahirlah suku-suku dan bangsa-bangsa. Dalam kelompok-kelompok masyarakat
ini, manusia melakukan hubungan sosial untuk memenuhi kebutuhann hidupnya
antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu, manusia juga dalam kelompoknya
melakukan hubungn politik. Hubungan politik ini dalam rangka mengatur
organisasi kelompok kehidupan mereka.
b) Manifestasi iman dalam pendidikan
Persoalan
dunia pendidikan demikian kompleks. Banyak pihak yang terlibat di dalamnya
mulai dari penyelenggaraan pendidikan, pemerintah, para guru, para orang tua
dan lingkungan masyarakat. Namun demikian yang sangat disesalkan adalah mengapa
pendidikan agama di sekolah hanya diajarkan selama dua jam pelajaran dalam satu
minggu. Padahal, pelajaran agama inilah yang sangat penting. Bila pelajaran
agama berhasil di sekolah-sekolah niscaya walaupun fasilitas sekolah belum
sempurna, perilaku anak sekolah tidak seperti yang kita saksikan sekarang ini. Semua
ini terjadi karena kita telah melecehkan iman dan takwa dalam dunia pendidikan.
Sebagaimana pendidikan yang dialami oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ya’qub as.
Dalam surat Al-Baqarah
ayat 133 dijelaskan:
Artinya:
“Adakah
kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya apakah yang kamu sembah setelah sepeninggalku, mereka
menjawab: “kami akan menyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepadaNya.”
Di dalam ayat tersebut
digambarkan bagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub mendidik anak-anak mereka.
c) Manifestasi iman dalam Ekonomi
Kita
dituntut oleh agama kita untuk bekerja keras memberantas kemiskian , dalam rangka
meningkatkan kasajahteraan ekonomi, tanpa uang yang memadai, langkah kita
terasa sempit, jangankan untuk membeli kebutuhan-kebutuhan duniawi saja, untuk
aktivitas peribadatan yang berorientasi akhiratpun butuh uang dan dana yang
memadai.
Karena itu Allah
menganjurkan agar umat islam bekerja keras untuk mencari karunia Allah,
sebagaimana firman-Nya:
Artinya:
“Dan carilah pada apa
yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashas, ayat 77)
Dan jika dalam masalah perdagangan Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Kecelakaan
yang besar bagi orang orang yang curang. Yaitu orang orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi.” (Q.S. Al Muthaffifin 1-3).
Para
pedagang banyak yang memanfaatkan kebodohan konsumen. Mereka tidak peduli
konsumen dirugikan, yang penting mereka untung besar. Inilah perbuatan
orang-orang yang tidak memiliki iman yang sebenarnya. Mereka tidak takut kepada
Allah SWT ketika melakukan kecurangan karena perbuatan mereka, dunia
perdagangan menjadi tidak aman; banyak kecurangan dan penipuan di sana sini.
d). Manifestasi iman terhadap imamah
Menurut
bahasa, Imamah yaitu kepemimpinan.Setiap orang yang menduduki kursi
kepemimpinan suatu kelompok manusia disebut sebagai imam, baik berada di atas
jalan yang haq maupun jalan yang batil.
Menurut istilah kalam,
imamah ialah kepemimpinan umum atas segenap umat islam dalam berbagai aspek
kehidupan, baik yang bersifat ukhrowi maupun duniawi.
Titik
perbedaan pandangan antara Ahlusunah dan syi’ah terletak pada persoalan imamah
dan khilafah ini. Madzhab syi’ah meyakini bahwa persoalan imamah ini merupakan
urusan Allah. Hanya dialah yang berhak memilih dan mengangkat hamba-hamba-Nya
yang saleh untuk menduduki jabatan imamah dan khilafah. Dengan demikian, tidak
seorang pun berhak untuk menduduki jabatan imamah ini selain orang-orang
maksum, yang terjaga dari dosa dan kesalahan dalam menerangkan dan menyampaikan
hukum-hukum islam, serta suci dari berbagai maksiat dan kedzaliman.
Pada
hakikatnya, imam maksum itu – kecuali jabatan kenabian – memiliki seluruh
kewenangan yang diemban oleh rosulullah Saw. Maka, hadis-hadis imam maksum itu
merupakan hujah (bukti kuat) dalam menjelaskan hukum-hukum, syari’at, dan ajaran
islam. Dengan begitu, adalah wajib mentaati dan mengamalkan segala perintah dan
hukum-hukumnya dalam berbagai masalah pemerintahan.
Berbeda halnya dengan
keyakinan Ahlusunah wal jama’ah. Perkara imamah sepenuhnya diserahkan kepada
masyarakat islam dan umat islam.
1.
Aplikasi
Khilafah dalam Bidang Politik
Aplikasi
khilafah dalam bidang politik setidaknya dapat dilihat dari surat shad ayat :
26, Sebagaimana firman Allah berbunyi :
Artinya :
“(Allah berfirman), “Wahai
Daud! Sesungguhnya engkau kami jadikan Khalifah (penguasa) di bumi, maka
berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah engkau
mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau di jalan Allah. Sungguh,
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapatkan azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Ayat-ayat
yang berbicara tentang pengangkatan khalifah dalam al-qur’an ditunjukan kepada
Nabi Adam dan Nabi Daud. Khalifah pertama adalah manusia pertama (Adam) yang
ketika itu belum ada masyarakat manusia. Ini berbeda dengan keadaan pada masa
Nabi Daud. Nabi Daud menjadi khalifah setelah dia berhasil membunuh Jalut.
(QS
: Al-Baqarah 25) yang menunjukan bahwa Daud yang memperoleh kekuasaan tertentu
dalam suatu wilayah. Dengan demikian, kata khalifah pada ayat yang mebicarakan
pengangkatan Daud adalah kekhalifahan dalam arti kekuasaan mengelola wilayah
atau dengan kata lain kekuasaan politik.
Kekuasaan
politik dianugerahkan oleh Allah kepada seseorang melalui ikatan perjanjian.
Ikatan ini terjalin antara sang penguasa dangan Allah SWT disatu pihak dengan
masyarakat yang lain. Perjanjian dengan Allah di namian ahd. Adapun dengan
masyarakat dinamain bai’at.
Adapun
etika yang harus dijalankan oleh setiap pemimpin politik sebagaimana telah
dijelaskan oleh al-qur’an sendiri, diantaranya adalah :
Ø Pengenalan
diri dan kesiapan menjadi pemimpin
Ø Beragama
dan bertaqwa kepada Tuhan
Ø Berlaku
adil
Ø Berlaku
jujur
Ø Amana
(terpercaya)
Ø Menepati
janji
Ø Berilmu
pengetahuan
Ø Memiliki
keberanian
Ø Dermawan
Ø Kasih
sayang
Ø Memiliki
kesabaran
Ø Mengendalikan
diri dan memiliki rasa malu
Ø Memiliki
kekuatan
2.
Aplikasi
Khilafah Dalam Bidang Hukum
Sebagaimana
telah dijelaskan bahwa salah satu makna khalifah adalah sebagai pengganti Allah
dalam melaksanakan aturan-aturanNya, yang diambil secara implicit dari
konsekuensi logis tugas manusia sebagai pemimpin. Artinya, manusia telah diberi
mandate oleh Allah untuk memimpin bumi dan langit serta seisinya. Tentunya dalam
melaksanakan mandatnya itu. Dan tidak boleh keluar dari jalur-jalur aturan
Allah.
Melihat
makna khalifah diatas, maka menerapkan hukum-hukum Allah merupakan keharusan
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh manusia sebagai khalifah Allah. Begitu
pentingnya menegakkan hukum Allah, sampai-sampai Allah sendiri mencap kafir,
fasik dan zalim bagi siapa saja yang tidak mau menegakkan hukkum Allah. Aplikasi
khalifah dalam bidang hukum berarti pula meneggakn hukum dengan adil, termasuk
di dalamnya adalah memberi keputusan yang adil.
KESIMPULAN
Orang yang beriman
kepada Allah SWT, hidupnya selalu beruntung dan tidak akan pernah merugi. Allah
menjamin orang orang yang beriman akan selalu diberi kemudahan didalam
menghadapi segala persoalan dalam hidupnya. Setiap persoalan yang dihadapi
orang yang beriman, Allah akan menunjukkan jalan keluarnya dari kesulitan kepada kemudahan. Jadi
jelaslah bahwa Iman merupakan satu satunya jalan kita untuk lebih dekat dengan
Allah.
Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Barang
siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiaran
terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati.” (Al An’am 48 )
DAFTAR PUSTAKA
Labay, Mawardi, Iman
Pengaman Dunia,(jakarta: Al Mawardi Prima,2000)
Sabiq, Sayid, Aqidah
Islam,(Bandung: cv. Diponegoro, 1999)
Yazdi, Muhammad Taqi
Mishbah, Iman Semesta, (jakarta: Al Huda 2005)
Taufiq Rahman, Moralitas Pemimpin
dalam perspektif Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 107-221.
JAKARTA, 2012.
Posting Komentar untuk "Manifestasi Keimanan dalam Berbagai Aspek Kehidupan"