SURAT NO SEKIAN
Selamat malam semua.
Ini adalah suratku yang ke sekian
Surat untuk Tuhan
Aku selalu menulisnya di atas telapak tangan
Yang terkadang luntur
Karena setetes penyesalan
Aku selalu bilang pada Tuhan
Aku ini bajingan
Yang terpesona dengan rayuan
Aku juga biadab
Yang memiliki tingkah tak beradab
Suatu hari, ahh bukan
Sesekali aku mati
Begitulah yang kuingat
Dalam sepucuk bunga tidur
Membuat tubuhku meriang
Untuk sesaat. Aku takut
Saat harus berjumpa
Dengan Sang Jagal
Atau saat bertemu
Dengan Sang Notaris
Hidupku bergantung pada
Apa yang ia pegang. Buku
Tubuhku kaku, pikiranku kalut
Saat harus menunggu
Menunggu datangnya hisab
Tak perlu dihitung
Kau pun pasti tau
Sudah kubilang, aku ini
Biadab.
Aku cuma butuh belas kasih
Aku rela mengemis dariMu
Ahh, itu memang sudah kewajibanku
Bertakbir, bertekuk lutut
Hingga bersujud.
Aku tak lagii mau bertemu dengan maut
Karena itu menakutkan
Ruhku akan dicabut
Seperti daging yang dikuluti
Sayat garis mengikuti poros tubuh
Hingga tubuhku terlihat merah tanpa kulit
Ahh, sepertinya maut lebih sakit
Saat ruh harus
Memutuskan hubungan
Dengan setiap saraf dari ujung kaki
Hingga kepala, perlahan
Hingga aku merasakan hidupku
Ada di tenggorokanku
Detik-detik terakhir
Untuk berucap mantra sakral
اشهد ان لا اله ال الله, و اشهد ان محمد رسول الله
Ahh, aku takut tak bisa
Mengucapkan mantra sakral itu
UntukMu
Sangpencipta...
ربنا اتنا في الدنيا حسنة واغفر اخرة حسنة و قنا عذب النار . امين.
لا اله ال الله لا اله ال الله
لا اله ال الله لا اله ال الله
لا اله ال الله لا اله ال الله
7/6/14, TangSel
Posting Komentar untuk "SURAT NO SEKIAN"