Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Serunya Ikut Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa 2018 di Pedalaman Yogyakarta


Jalan-jalan kurban. Begitulah group whatsapp yang dibuat untuk para pemenang kompetisi blog. Jalan-jalan ke mana? Yogyakarta! Yeay Jogja.

Ya, setelah diumumkan kalau saya terpilih sebagai pemenang blog post SocioTrip Kurbanesia di Subang lalu. Saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa di Yogyakarta. Istimewa buat saya adalah, Jogja ini menjadi daerah yang belum pernah saya kunjungi. Makanya, pas tahu menang dan dikasih kesempatan jalan-jalan ke sana. Senangnya bukan main.

tebar hewan kurban dompet dhuafa


Oh ya, pada lomba Blogpost ini terpilih 4 pemenang. Saya, Siti Mudrikah, Mas Imawan dan Mas Dzulfikar. Saya dan Mude (panggilannya Siti Mudrikah) berkesempatan pergi ke Jogja. Dan Mas Imawan beserta Mas Dzulfikar pergi ke Tuban, Surabaya.

Ini jadi pengalaman yang seru dan luar biasa bagi saya bisa ikut kegiatan DD. Pasalnya, banyak pengalaman, pembelajaran serta keseruan yang bisa saya dapatkan. Seperti rasa syukur, ilmu, dan pastinya keseruan dari jalan-jalannya itu sendiri. Bakal ada keseruan apa sih emangnya? Yuk, ikuti perjalanan saya Sob selama di Jogja.

Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa di Pedalaman Jogja

Hari kedua di Jogja. Setelah menginap satu malan di Hotel Pracimantoro, Saya, Mude dan Mba Nisa (perwakilan DD) melaju menuju lokasi Desa Jepitu, Manukan, Kec Giri Subo, Gunung Kidul. Akses menuju lokasi lumayan sulit. Yah, sulit karena kami mengikuti GPS yang dibawa lewat jalan-jalan bebatuan setapak, berbukit bebatuan penuh hamparan sawah. Dan pas sampe di lokasi dan bercerita perihal akses jalan yang kami lalui dengan tim DD Jogja yang sudah sampai. Ternyata ada jalan bagusnya untuk sampai di lokasi. Baiklah, dari kejadian itu kami tak lagi mengandalkan GPS.

tebar hewan kurban dompet dhuafa


Sekitar pukul 08.00 kami sampai di lokasi, dan berhenti di masjid AT-Taqwa manukan, Jepitu. Begitu sampai, lumayan dibuat terperanga dengan banyaknya kambing-kambing yang saling menyaut “Mba.. mbaa...” hehe begitu lah celetuknya Mude. Tapi, asli dah. Itu kambing ngeembenya kaya nyebut kata “embaa”. Hihihi

Tebar Hewan Kurban di Desa Jepitu ini mendapatkan 213 kambing dari para donatur yang tersebar di seluruh Indonesia. Jadi, tidak hanya donatur asal Jogja saja. Melainkan, semua donatur dari seluruh Indonesia. Dan masing-masing donatur nanti akan mendapatkan laporannya.

tebar hewan kurban dompet dhuafa
Pencacahan Daging Hewan Kurban di Masjid At-Taqwa
Sebelum acara dimulai. Masjid At-Taqwa selain diramaikan dengan 213 kambing, juga sudah diramaikan oleh para penerima kurban dari berbagai wilayah yang sedang melakukan registrasi. Oh ya, jadi di lokasi Desa Jepitu ini jadi titik kumpul penyembelihan hewan kurban. Dan nantinya, sekitar 20 wilayah pedalaman Jogja yang masuk dalam program THK DD. Mereka akan berkumpul di sini dan membawa perwakilannya untuk mengambil jatah kambinnya masing-masing. 1 wilayah, kira-kira bisa membawa 9 kambing. Tergantung dari jumlah kk di wilayahnya masing-masing. Hal ini sebagaimana yang saya tanyakan pada salah satu warga perwakilan Desa Palgading yang mendapatkan 9 ekor kambing untuk 112 kk.

tebar hewan kurban dompet dhuafa
Para Penerima Hewan Kurban Melakukan Registrasi di Masjid At-Taqwa
Sekitar pukul 08.30, acara penyembelihan pun dimulai dengan dibukan sambutan dari Pak Dukuh Desa Jepitu, sambutan dari pihak Dompet Dhuafa dan doa bersama. Setelah selesai, barulah dimulai acara penyembelihannya.

tebar hewan kurban dompet dhuafa


Sebelum proses penyembelihan, ada brifing dan simulasi pemotongan dulu Sob, kepada para jagal hewan kurban dan beberapawarga yang membantu memegang kambing nanti. Simulasi ini dilakukan untuk menjaga standar potong DD sendiri, serta simulasi untuk dokumentasi laporan kepada para donatur.

Simulasi yang dilakukan seperti proses pemotongan mengucapkan lafal takbir, menyebutkan siapa yang berkurban, serta beberapa proses dokumentasi nama donatur sebelum dan sesudah pemotongan. Dan setelah dilakukan proses simulasi, barulah dimulai penyembelihan hewan kurban.

Begini Kata Pak Dukuh Desa Jempitu Perihal Program THK dan Kemitraan Hewan Ternak Dompet Dhuafa

Setelah selesai ikut dalam proses penyembelihan, Pak Samingan, selaku Dukuh dari Desa Jempitu mau menyempatkan waktunya untuk bincang-bincang bersama saya dan Mude perihal kegiatan THK dan Program Kemitraan hewan ternak ini desanya.

tebar hewan kurban dompet dhuafa


Saya pun tak mau membuang-buang waktu, mengingat setelah selesai mengikuti acara penyembelihan beberapa kambing. Pak Dukuh ini awalnya sudah izin pamit untuk pergi ke acara lain di desanya. Makanya, saya langsung samper Pak Dukuh untuk minta waktunya sebentar ngobrol-ngobrol. Walau pada akhirnya jadi lama sih. Pak Samingan ini orangnya ramah dan terbuka sekali. Jadi, asik ngobrol-ngobrolnya dengan Saya, Mude dan Mba Nisa.

tebar hewan kurban dompet dhuafa
Pak Samingan, Dukuh Desa Jepitu (Baju Batik)
Sesambil berdiri, dan menyaksikan berlangsungnya penyembelihan kambing. Saya, Mude dan Mba Nisa melakukan tanya jawab yang juga dilakukan live facebook untuk informasi donatur Dompet Dhuafa.

Pada sesi tanya jawabnya ini, Pak Dukuh menceritakan kalau Desa Jepitu ini sudah yang kedua kalinya menjalin kerjasama dengan Dompet Dhuafa. Pada tahun 2017 lalu, Desa Jepitu bergabung pada program THK sebagai distributor hewan kurban. Dan di tahun kedua 2018 ini, desanya kebagian jatah hewan kurban. Hal ini sangat disyukuri oleh pak Dukuh yang mewakili segenap masyarakat setempat.

Beliau menceritakan kepada kami, betapa senangnya kalau warganya ini bisa tergabung dalam program kemitraan hewan ternak Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Pasalnya, setelah bergabung menjadi mitra. Banyak perubahan positif yang dirasakan oleh warganya tersebut.

“Alhamdulillah Mas, setelah jadi mitra. Warga di sini dapet manfaat besar. Seperti keberhasilan hewan ternak jadi lebih baik karena mendapatkan pembimbingan dari tim Dompet Dhuafa. Para peternak warga sekitar jadi lebih kompak. Dan para peternak mendapatkan harga ternak yang stabil. Tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak,” ujar Pak Samingan penuh semangat akan kemajuan warganya.

Di desanya ini, Pak Samingan menceritakan kalau wargaya ini ada sekitar 7 kk yang tergabung dalam program kemitraan THK. Beliau pun menceritakan, di desa Manukan ada sekitar 142kk yang mayoritas pekerjaannya berkebun dan berternak kambing atau sapi.

Menurutnya dan warga setempat. Menajdi peternak ini sebagai jalan mengantarkan anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. “Warga sini semacam punya filosofi mengenai kerja sebagai peternak hewan, Mas. Banyak yang percaya dan meyakini, denagn berternak sebagai jalan mengantarkan anak menuju pendidikan,” ucap Pak Samingan.

tebar hewan kurban dompet dhuafa


Mengenai keberhasilan ternak. Pak Samingan menceritakan kalau setelah adanya pembinaan dan bimbingan dari Dompet Dhuafa. Masyarakat lokal mendapatkan kesuksesan dalam berternak sekitar 50%. Biasanya hanya bisa mendapatkan 300 hewan ternak, sekarang bisa menjadi 700 hewan ternak. Mendengarkan penjelasan beliau, saya pun merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Dompet Dhuafa yang telah membantu mulai membina sampai membimbing warga desa ini untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka. Dan terpenting, warga lokal pastinya mendapatkan pengetahuan lebih seputar berternak yang baik hingga bisa madiri.

Oh ya, yang saya suka di sini adalah. Warga setempat berternak tidak ditempatkan di lokasi dekat rumah. Menurut cerita Pak Samingan dan salah satu warga yang ikut bergabung pada tanya jawab kami. Warga setempat membuat kandang ternaknya di sekitar perkebunan. Hal ini untuk menghindari polusi udara dan berbagai penyakit yang disebabkan dari kandang ternak yang dikelola.

Sebuah pemikiran dan gagasan yang keren bagi saya. Mereka mencari nafkah, yang juga memikirkan kenyamanan warga setempat serta mementingkan kesehatan bersama. Doa saya yang terbaik selalu untuk warga Desa Jepitu, Manukan, Gunung Kidul. Sukses selalu untuk peternakan dan perkebunannya.

Selesai  ngobrol-ngobrol santainya. Sampai ada satu warga lokal yang ikut nimbrung. Pak Samingan pun pamit untuk melanjutkan acaranya. Kami pun berpamitan dan saling berjabat tangan. Dan melanjutkan melihat proses penyembelihan hewan kurban.

Lokasi Kedua Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa: Akses Jalan Sulit, dan Warga Lokal Cuma Setahun Sekali Bisa Makan Daging

Percaya gak Sob, kalau ada sebagian masyarakat kita di Indonesia ini yang cuma bisa merasakan makan daging setahun sekali. mulai sekarang saya percaya! Ya, setelah mendapatkan sebuha pernyataan langsung dari salah satu Dukuh Pak Sugiran di Desa Pedalaman Jogja, Gunung Buta, Giripanggung, Gunung Kidul.

tebar hewan kurban dompet dhuafa


Mencapai akses ke desa ini, rasanya butuh perjuangan. Mengingat, akses jalan yang masih bebatuan, dengan bukit-bukit berbatu saling menjung dan jalan setapak bakal sulit untuk dilalui. Apalagi, akses masuk ke desanya cukup jauh. Tapi, di balik sulitnya akses jalan, di sana saya mengagumi betapa indahnya bukit bebatuan yang terbentuk secara alami. Hingga, membuat saya dan Mude merasa gatal untuk tidak berfoto. Mungkin, ini jadi jalan-jalan kurban sekaligus wisata alam saya bersama tim DD.

tebar hewan kurban dompet dhuafa

Sesampainya di Desa Giripanggung, Jogja. Saya bertemu dengan Pak Dukuh Setempat. Kami pun istirahat sejenak di masjid, sesambil menyaksikan beberapa warga lokal yang sedang mencacah daging kurban yang didapat dari program Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Beberapa juga masih ada yang sibuk baru mulai menguliti kambing per kambing.

tebar hewan kurban dompet dhuafa


Oh ya, di Masjid setempat, Saya Mude, Mba Nisa dan Mas Widodo dari DD gak cuma istirahat. Tapi juga disuguhkan makan olahan daging kurban khas masyarakat setempat. Semacam semur, tapi bukan semur sih menurut saya.

tebar hewan kurban dompet dhuafa

Oh ya, kalau dalam bercadaan kami. Hidangan ini sebagai pengisi tenaga untuk antar daging kurban ke beberapa rumah warga lokal yang sudah lansia. Jadi, setelah makan. Saya diajak antar daging ke rumah warga lokal.

Perlu Sobat Blogger tahu, ini lokasi gak bisa diakses pake motor biasa. Mungkin hanya bisa dilalui dengan motor trail mengingat jalan yang menanjak dan licin bebatuan. Dan begitu mengikuti pmebagian daging, benar saja. Akses jalan ke lokasi seperti yang saya jelaskan, dan satu rumah ke rumah lainnya punya jarak yang cukup jauh. Sesambil bercanda dengan Pak Dukuh, kami berujar, “Untung udah makan ya, Pak. Jadi udah punya tenaga buat jalan begini.”


tebar hewan kurban dompet dhuafa


tebar hewan kurban dompet dhuafa
Mude Memberikan Daging Kurban Kepada Warga Lansia
Satu persatu rumah warga lansia kami sambangi dan memberikan daging hewan kurban. Oh ya, rumah yang kami kunjungi sengaja memang khusus untuk yang sudah lansia saja. selebihnya, bagi warga lokal biasa akan mengambil sendiri di titik pencacahan daging.


tebar hewan kurban dompet dhuafa


Selesai membagikan daging, kami kembali istirahat di masjid semula. Oh ya, sebelumnya. Saya dan Mude menemukan spot foto yang bagus saat keliling membagikan daging kurban ke rumah warga. Seperti yang saya bilang, lokasi THK kedua ini punya bukit bebatuan yang bagus dan indah untuk foto-foto. Ya seperti ini penampakannya.

Lanjut, setelah selesai membagikan hewan kurban. Saya, Mude dan Mba Nisa pun ngobrol-ngobrol santai di masjid bersama Pak Sugiran. Tanya jawab kami dimulai dengan ucapan terima kasih dari Pak Dukuh mewakili warga setempat mengingat manfaat yang dirasakan dari program kemitraan THK ini. Sama seperti warga Jepitu, peternak Giripanggung yang mengikuti kemitraan THK ini mendapatkan manfaat ilmu yang diperoleh dari pembinaan dan bimbingan bersama Dompet Dhuafa.


tebar hewan kurban dompet dhuafa
Perjalanan Bersama Tim Dompet Dhuafa Membagikan Daging Kurban
Pak Dukuh menceritakan, masyarakat di sini bahkan saling membagikan tipsnya dalam merawat ternak-ternak mereka. “Iya, Mas. Para peternak di sini paling suka kalau lagi evaluasi ternak. Mereka yang ternaknya tidak terlalu bagus, saling tanya dan bebagi tips agar mendapatkan hasil yang maksimal dari ternak mereka.”

Lanjutnya, Pak Dukuh menceritakan fakta mengenai warga setempat. Ia mengisahkan, sebelum ada Dompet Dhuafa. Untuk mendapatkan hewan kurban, masyarakat harus pergi jauh ke kota menyebarkan proposal kurban di desanya. Kadang, mereka bisa dapat hewan kurban, tapi begitu sampai desa. Kualitas daging sudah tidak bagus karena sudah terlalu lama di perjalanan yang sampai desa malam hari.


tebar hewan kurban dompet dhuafa
Salah Satu Warga Giripanggung yang Sedang Mencacah Daging Kurban
Semangat Idul Adha yang tak pernah pudar dari warga setempat diwujudkan dengan adanya patungan hewan kurban selama satu tahun. Ya, sebagai antisipasi tidak dapat hewan kurban. Warga Desa Giripanggung sudah mengantisipasi dengan patungan bersama selama satu tahun penuh yang hasilnya mungkin hanya mendapatkan 1 ekor kambing saja. “Kalau gak dapet kurban, sebelum ada DD. Kami patungan selama satu tahun, Mas. Paling, dari hasil patungan itu Cuma cukup dapet 1 hewan kambing saja. Tapi, ya itu sudah alhamdulillah buatu kami.”

Setelah selesai ngobrol santai dan foto dengan Pak Sugiran. Saya pun berlari kecil menyambangi beliau. Ada pertanyaan 1 pertanyaan yang ingin saya tanyakan dan konfirmasi.

“Pak... Begini. Saya mau tanya, apa benar warga setempat hanya bisa mengkonsumsi daging setahun sekali?” tanya Saya.
“Iya, benar Mas. Di sini warga setempat hanya bisa makan daging setahun sekali. Makanya, kami sangat bersyukur dengan adanya program Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa ini. Karena, kalau bukan di hari raya Idul Adha, ya kapan lagi masyarakat bisa makan daging?” ujar Pak Sugiran kepada saya.

Dan menutup pertanyaan. Saya pun menanyakan mengenai stok makanan warga setempat mengingat jarak yang begitu jauh dari lokasi pasar.

“Oh ya, Pak. Perkebnunan di sini kan ada musim kering ya. jadi, warga tidak bisa berkebun. Lokasi pasar pun jauh dari sini. Lalu, bagaimana dengan kebutuhan lauk pauk warga di sini?”
“Kalau itu, kami di sini biasanya membeli kebutuhan makan jangka panjang seperti 5 hari mas. Biar gak bolak balik. Atau kadang, ada warga yang jualan sayur di sini. jadi, kami bisa beli di sana juga. Jadi, gak perlu jauh-jauh keluar mencari pasar.”

Begitu selesai berbincang dan berkeliling Desa Giripanggung. Saya, Mude, Mba Nisa dan Mas Widodo pun pamit pulang. Oh ya, yang pulang sih Mas Widodo saja yang akan kemmbali ke Jakarta. Saya, Mude dan Mba Nisa akan melanjutkan perjalanan ke tempat pemberdayaan Aloe Vera Dompet Dhuafa. Cerita ini nanti saya ulas di blogpost selanjutnya ya Sobat Blogger. Ini juga gak kalah menarik kok.

Jadi, ya itu dia perjalanan, pengalaman dan keseruan saya mengikuti kegiatan Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Salut sama tim DD yang berhasil menjangkau daerah pedalaman ini. Pastinya, para donatur  yang sudah mempercayakan kurbannya dengan DD sudah sangat tepat dalam memilih. Kurban bisa sampai di tangan yang tepat dan pada wilayah yang sulit dijangkau.

Terima kasih untuk DD, dan terima kasih untuk Sobat Blogger yang sudah membaca perjalanan saya. Jangan kapok untuk berkunjung ya Sob.

nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

27 komentar untuk "Serunya Ikut Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa 2018 di Pedalaman Yogyakarta"

Linz 26 Agustus 2018 pukul 00.39 Hapus Komentar
Ya ampun masih ada ya yang makan dagingnya setahun sekali..hiks...salut dengan Tim DD ya untuk pemberdayaan hewan ternak nya sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat...semoga semua daerah bisa terjangkau yaa..Amin :)
Dzulfikar 26 Agustus 2018 pukul 10.45 Hapus Komentar
Tempatnya ternyata sama-sama tandus dan berkarang ya. Di tempat DD di Tuban juga sama kyk gitu .
Tati Suherman 28 Agustus 2018 pukul 15.50 Hapus Komentar
Seru ya mas bisa ikut berpartisipasi tapi saya ga tega liat hewan yang dipotong..
Suciarti Wahyuningtyas (Chichie) 28 Agustus 2018 pukul 16.35 Hapus Komentar
Dompet Dhuafa ini programnya bagus sekali ya mas, apalagi bisa mendistribusikan hewan kurban ke tempat-tempat yang tak terjamah.
Andiyani Achmad 29 Agustus 2018 pukul 15.48 Hapus Komentar
pengalaman yang luarbiasa ini pastinya, bisa berbagi sama sesama saat Idul Adha kemarin. Salut aku sama semua tim Dompet Dhuafa. keep up the good work!
Mporatne 31 Agustus 2018 pukul 04.45 Hapus Komentar
Daging kurban nya di tanding tanding biar merata. Alhamdullilah bisa berbagi ke daerah terpencil. Berbagi kebahahian
Anesa nisa 1 September 2018 pukul 06.36 Hapus Komentar
Iya ga. Kalau dipikir-pikir daripada daging kurban menumpuk di Jakarta, mending didistribusiin aja ke luar Jakarta. Supaya rakyat Indonesia lainnya turun merasakan nikmatnya daging kurban.

Kubaru tau Dompet Duafa punya pelayanan seperti ini. Pernah lihat infonya tempo hari dari selebgram di IG Story nya..ya tapi udah lewat lebaran juga. Baiklah tahun depan kusarankan sama paksu untuk kurban seperti ini aja. Bisa patungan sapi juga kan sama orang nun jauh di sana
Puspa 1 September 2018 pukul 10.31 Hapus Komentar
Daging kurbanya jadi lebih merata dengan adanya program ini. Btw mas Said ada gambar kambing yang sedang disembelih di atas agak kurang pas untuk ditampilkan.
Sadewi 1 September 2018 pukul 12.40 Hapus Komentar
Ah seru banget sih mas said, aku jadi pengen ke jogja lagi. Sayangnya kemarin tidak bisa ikutan karena anter haidar sekolah.
Annisa 2 September 2018 pukul 16.39 Hapus Komentar
Keren mas Said....Semoga jadi perjalanan yang berkesan yaaa. Hehehe. Jangan kapok ya diajak jalan jauh dan lihat program DD.
nurul dwi larasati 3 September 2018 pukul 12.08 Hapus Komentar
jalan-jalan sambil bersedekah ya Said,dobel asiknya. Dompet Dhuafa tepat sasaran mengadakan momen kurban di Yogya dan Tuban.
Gita Siwi 3 September 2018 pukul 12.34 Hapus Komentar
Mantaps ya kakak bro. Bisa liat langsung ya bagaimana DD menyediakan dan menyebarkan hewan kurban dengan tepat sasaran.
Kurnia amelia 3 September 2018 pukul 13.24 Hapus Komentar
Wwah seneng banget ya pastinya bisa turun langsung mengikuti program Dompet Dhuafa, dengan adanya program ini jadi pembagian daging qurban lebih merata.
Honey Josep 3 September 2018 pukul 15.59 Hapus Komentar
program dompet dhuafa tepat sasaran! Semoga tahun depan bisa ada lagi sehingga yang mau berkurban bisa melalui dompet dhuafa.
Fenni Bungsu 3 September 2018 pukul 16.10 Hapus Komentar
Daku selalu salut dengan program dari Dompet Dhuafa, karena memberdayakan masyarakat jadi mandiri bahkan bisa memberdayakan lagi
Ristin 3 September 2018 pukul 16.19 Hapus Komentar
Semangat Idul Adha yang tidak sia2, pembagian daging benar2 tersalurkan bagi yg membutuhkan.. ^^
uchy sudhanto 3 September 2018 pukul 21.49 Hapus Komentar
programnya bagus, pembagian daging kurbannya lebih merata.. semoga berkah
Andri Mastiyanto 4 September 2018 pukul 11.22 Hapus Komentar
Daging qurban diperkotaan banyak jatuh di keluarga mapan. Memang perlunya pemerataan
zata 4 September 2018 pukul 12.21 Hapus Komentar
wahh seneng bacanya.. semoga berkahhh..
Ivonie 4 September 2018 pukul 12.37 Hapus Komentar
Programnya keren nih, jadi saudara-saudara yang di pelosok tetap bisa menikmati daging hewan qurban ya
Maya Rumi 5 September 2018 pukul 10.25 Hapus Komentar
"sebagian masyarakat kita di Indonesia ini yang cuma bisa merasakan makan daging setahun sekali" percaya mas, karena aq pernah melihat langsung di daerah jawa warganya berbondong2 demi mendapat daging kurban, karena mereka hanya bisa makan daging sapi/kambing yah ketika idul adha. mudah2an kurbanesia bisa terus ada untuk bisa membantu saudara2 kita yang tinggal jauh di pedesaan dan bisa menikmati daging sapi/kambing walau hanya setahun sekali... tfs mas
Sapa Dunia 6 September 2018 pukul 05.21 Hapus Komentar
Rejeki anak soleh banget bisa menyaksikan kurban di Gn Kidul
Wian 7 September 2018 pukul 19.53 Hapus Komentar
Selamat ya mas punya kesempatan berharga kayak gini. Bisa turun langsung membagikan kurban di jogja.
Hida 8 September 2018 pukul 12.52 Hapus Komentar
Alhamdulillah ya..berkah ngeblog jadi bisa ke Jogja..Jogja emang ngangenin, ati2 ntar pengen balik lagi ke sana lho..hehehe
Liswanti Pertiwi (PenaLiswanti) 10 September 2018 pukul 22.33 Hapus Komentar
Aku ngeri liat yang pas potong kambingnya itu mas. Hiks
FaniaSurya 11 September 2018 pukul 12.54 Hapus Komentar
Acaranya keren banget nih dompet dhuafa. Pengen juga ikut berpartisipasi disana.
Helena 11 September 2018 pukul 15.56 Hapus Komentar
haduh kakak, bagian kambing yang dipotong bisa diburemin kah? aku ga tega lihatnya