Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

3 Pemberdayaan Dompet Dhuafa yang Sukses Bangkitkan Ekonomi Warga Yogyakarta


Halo Sobat Blogger. Masih dengan cerita saya di Jogja. Kalau sebelumnya saya bercerita soal program Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa, di cerita kedua ini saya mau cerita mengenai program UMKM dan Industri Kreatif yang difokuskan di wilayah pedesaan terdalam.

Mengulas sedikit mengenai program UMKM dan Industri Kreatif Dompet Dhuafa. Program ini bermula sekitar tahun 2000 yang mana DD pada saat itu ingin menjangkau komunitas di pedesaan, perkotaan serta wilayah yang terkena bencana alam. Oleh sebab itulah, didirikannya program pemberdayaan masyarakat Sob. Tujuannya apa? Jelas ingin membantu menjadi masyarakat yang mandiri, meningkatkan ekonomi warga dan menyelesaikan berbagai persoalan sosial yang dihadapi.

Pemberdayaan dompet dhuafa sapi perah


Bersama DD, pada tanggal (22-24/8) saya diajak pergi mengunjungi ke program pemberdayaan mereka Sob. Di hari kedua, saya berkunjung ke Program Pemberdayaan Aloe Vera. Dan di hari ketiga, saya main ke peternakan sapi perah dan pusat batik. Favorit kunjungan saya sih peternakan sapi perah. Sayangnya, waktu saya ke sana tidak sedang dalam jadwal pemerahan susu.

Lanjut aja yuk ke cerita keseruan saya berkunjung ke masing-masing pemberdayaan Dompet Dhuafa ini.

Pemberdayaan Aloe Vera Gunung Kidul

Setelah puas melihat proses penyembelihan hewan kurban, membagikan distribusi daging kurban dan ngobrol-ngorol dengan Pak Dukuh dari masih-masing Desa yang saya kunjungi. Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Pembinaan Aloe Vera.

pemberdayaan dompet dhuafa Aloe Vera


Ada hal menarik dari pengalaman salah seorang penggagas bisnis Aloe Vera ini. Seorang anak muda, yang kuliah di Jakarta. Ia mencari-cari melalui internet, tanaman apa yang paling mudah dirawat dan bisa diolah untuk berbagai jenis produk. Dan ketemulah lidah buaya. Hingga secara otodidak ia mempelajari semua hanya melalui internet.

Pada tahun 2014 lalu, Mas Alan memberanikan diri membeli bibit lidah buaya dan menanamnya sendiri. Pada saat itu, penanaman masih dilakukan kontrol jarak jauh. Penanaman dilakukan di rumah asal Mas Alan yang dirawat oleh Ibu dan Ayahnya di Katongan, Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta. Sedangkan ia sendiri berada di Jakarta untuk kuliah.

pemberdayaan dompet dhuafa aloe vera


Mas Alan menceritakan, pada saat itu. Sesambil ia kuliah. Karena masih belajar berkebun soal lidah buaya ini. Setengahnya banyak yang gagal panen. Akhirnya, terus berproses dan belajar. Barulah ia mulai mengerti bagaimana merawat tanaman lidah buaya yang benar.

Hingga semua berjalan dengan lancar. Tantangan baru kembali datang. Mas Alan dan orangtua ingin kesuksesannya dalam berkebun dan membuat aneka olahan lidah buaya juga bisa dirasakan oleh masyarakat di desanya juga. Ibu dari Mas Alan dalam setiap perkumpulan mencoba mengajak ibu-ibu sekitar untuk menanam lidah buaya dan hasilnya dijual kepada mereka. Namun, karena masyarakat pada saat itu belum melihat hasil nyatanya. Masih banyak yang enggan untuk menanam.

Seiring berjalan waktu, barulah masyarakat mulai tertarik dan ikut menanam tanaman lidah buaya. Hal ini sebagaimana yang saya lihat. Sepanjang perjalanan menuju lokasi pusat Aloe Vera. Banyak rumah-rumah warga yang dihiasi oleh tanaman lidah buaya.

pemberdayaan dompet dhuafa aloe vera


Mas Alan menceritakan, salah satu keuntungan dari menanam lidah buaya adalah hasil turun temurun atau satu lidah buaya bisa menghasilkan sekitar 20 bibit baru. Sehingga, cukup bermodalkan 1 lidah buaya. Masyarakat bisa mendapatkan bibit-bibit baru yang banyak dari keberhasilan panen tersebut. Dan hal tersebut bisa terus berkembang biak.

Perawatannya pun lidah buaya sendiri tergolong mudah. Cukup dilakukan penyiraman dua hari sekali. Tidak boleh terlalu basah seperti terkena hujan, tidak boleh juga terlalu kering tidak mendapatkan asupan air.

pemberdayaan dompet dhuafa aloe vera

Keberhasilan Mas Alan serta orangtua dalam mengajak masyarakat sekitar untuk bisa hidup mandiri melalui tanaman lidah buaya dibarengi dengan semakin berkembangnya pengembangan produksi olahan lidah buaya. Hasil yang sudah bisa dihasilkan seperti keripik, agar-agar, minuman lidah buaya, keripik, dodol sampai permen.

pemberdayaan dompet dhuafa aloe vera


Perjalanan pun masih panjang. Sampai Ibu dari Mas Alan mencoba mengikuti seminar entrepeneurship. Dan akhirnya, Mas Alan mulai memantabkan diri fokus dan kembali ke desanya untuk mengembangkan bisnis Aloe Vera ini.

Barulah, pada akhir tahun 2017 Mas Alan berkenalan dengan Dompet Dhuafa melalui salah satu lembaga di Jogkarta. Dan syukur alhamdulillah, DD menyambut baik bisnis yang ia kembangkan bersama desanya. Dompet Dhuafa membantu dalma sektor alat-alat pertanian.

Hingga kini, keberhasilan dari Mas Alan dalam memproduksi olahan lidah buaya sudah mampu memproduksi 1 hari 300 minuman lidah buaya yang ia jual dipasaran seharga Rp 2.500 dan bila sudah mendapatkan surat izin edar resmi akan ia jual seharga Rp 3.500.

pemberdayaan dompet dhuafa aloe vera
Souvenir pernikahan bibit lidah buaya
Olahan lainnya seperti kripik pun akan ia jual kepada reseller seharga Rp 10.000 dan dijual kepada umum Rp 12.000. gak lupa, mereka juga menyediakan bibit lidah buaya yang bisa dijadikan sebagai souvenir pernikahan. Menarik bukan?!

Beberapa hal peresmian produk dan izin edar sedang dalam masa proses. Ia harapkan pada tahun 2019 sudah rampung hingga bisa didistribusikan ke luar kota. Tidak hanya di Gunung Kidul saja.

Oh ya, Rasane Vera atau pembinaan pengolahan lidah buaya ini juga bisa dijadikan sebagai tempat kunjungan untuk anak-anak sekolah loh Sob. Bila ingin melakukan kunjungan, silahkan hubungi terlebih dahulu ke kontak whatsapp 085779800154. Social medianya sediri bisa dicari di instagram @RV_Aloeindustries dan FB RV Aloe Industries.
Tertarik berkunjung juga?

Hari Ketiga: Sapi Perah Merapi dan Batik Giriloyo, Imogiri Bantul

Kunjungan sapi perah Merapi

Lepas puas main-main di Aloe Vera, keesokan harinya kami pun melanjutkan perjalanan menuju pembinaan peternakan sapi perah. Walau sudah tahu, ada kemungkinan tidak bisa mengikuti proses pemerahan susu sapi. Karena jadwal kunjungi kami berdasarkan waktu sempatnya saja. dan benar saja. Ternyata, waktu pemerahan susu sapi dilakukan pagi buta waktu subuh dan sore hari. sedangkan pada saat kami datang, pada pukul 08.30.

pemberdayaan dompet dhuafa sapi perah


Cerita mengenai pemberdayaan sapi perah sendiri Dompet Dhuafa mulai masuk pasca erupsi gunung Merapi. Sekitar tahun 2010 lalu, bantuan sapi 74 dan mati 6. Maka, DD pun masuk pada masa recovery erupsi. Pada program recovery dilakukan pembinaan awal tahun 2012 hingga 2013. Pada masa awal, diberikan 10 sapi perah betina, dan dilanjutkan pada tahun 2015. Selain bantuan sapi perah, DD pun memberikan bantuannya berupa infrastuktur.

pemberdayaan dompet dhuafa sapi perah


Salah satu warga sekitar Cangkringan Merapi yang telah berhasil mengikuti pemberdayaan sapi perah ada Pak Naryo Sutrisno. Awalnya pada tahun 2012, beliau mendapatkan 1 sapi perah betina dan hingga kini 2018. Beliau berhasil mengembang biakkan hingga menjadi 10 ekor sapi perah loh Sob. Keren ya.

Pak Naryo bercerita, sapi di sini semua jinak-jinak karena sudah sering dirawat dan bersentuhan dengan manusia. Setiap pagi kandang mereka dibersihkan, dimandikan dan diperah susunya. Lalu diberi makan. Hingga sore hari pun kembali dilakukan pengulangan perawatan. Makanya, waktu kunjungan ke sana. Saya, Mude dan Mba Nisa bisa mengelus-elus kepala sapi perah tanpa harus takut akan ngamuk. Pada saat bermain dengan anakan sapi perah, mereka malah asik diajak bermain. Saat dielus-elus, anakan sapi ini suka sekali menjilat tangan saya. Sontak saya suka kaget dan tertawa karena belum terbiasa.

pemberdayaan dompet dhuafa sapi perah
Kandang Sapi Perah Pak Naryo
Oh ya, proses setiap pagi dan sore. Warga mitra Dompet Dhuafa akan memerah sapinya, lalu hasil panennya dikumpulkan ke pendamping pembinaan sapi perah. Dan susu akan ditampung terlebih ke tabung susu yang memiliki suhu mencapai minus 0 derajat sehingga bisa awet di sana. Bila sudah terkumpul sekitar 3000 liter, maka susu baru bisa dijual ke koperasi atau pabrik.

Harga yang dijual Rp 5.000,- liter. Perhari, susu hasil dari sapi perah bisa menghasilkan 800 sampai 1000 liter dari semua peternak. Total dari peternak yang terlibat dalam kemitraan ini 60 peternak aktif. Dan yang terdaftatr sekitar 70an peternak.

Setiap harinya nih Sob, peternak bisa menghasilkan 10 sampai 20 liter susu. Bila dihitung rata-ratanya, 14-16 liter perhari. Total untuk sapi perah hasil binaan Dompet Dhuafa diperkirakan ada 200 sapi mulai anak, remaja dan dewasa. Dan di dalamnya mencakup 100 ekor sapi perah aktif saja.

pemberdayaan dompet dhuafa sapi perah


Kenapa ada yang tidak aktif? Selain karena masih anakan, masih ada sapi yang belum masuk usia sapi perah. Sapi yang sudah bisa diperah adalah sapi yang sudah melahirkan, biasanya usianya sekitar 2th. Setelah melahirkan pertama itulah, sapi sudah bisa diperah. Dan akan non aktif kembali bila sudah masuk kehamilan lagi. Hal ini untuk menjaga kondisi bayi anak sapi di dalam kandungan agar asupan gizinya tetap tercukupi .

Oh ya, proses kehamilan sapi betina di sini tidak melalui perkawinan jantan dan betina. Melainkan melalui proses kawin suntik. Istilah medisnya, inseminasi buatan. Jadi, gak ada kawin normal di sana. Semua melalui proses inseminasi. Ilmu baru bagi saya perihal ternak sapi perah ini. Sedikit banyaknya, saya pun berdiskusi mengenai bisnis susu sapi murni oleh pendamping pembinaan sapi perah di Cangkringan, Merapi kemaren. Sangat menarik dan pastinya jadi pengalaman luar biasa. Satu hal yang bikin saya penasaran. Pengen ngeliat penampungan tabung susunya seperti apa. Kemaren gak sempat ngeliat karena sudah kepepet waktu untuk solat jumat.

Kunjungan pembinaan mitra batik, Giriloyo, Imogiri Bantul

Waktu yang tak terasa begitu cepat berlalu. Pada tulisan ini, menjadi perjalanan terakhir saya bersama Dompet Dhuafa. Duh, Sob. Rasanya, gak pengen pulang. Masih pengen keliling Jogja lagi. Yah, setelah kunjungan dari sapi perah Merapi. Dilanjutkan solat jumat dan makan siang di Jejamuran. Kami pun melanjutkan perjalanan ke pembinaan mitra batik DD di Giriloyo, Imogiri Bantul.

pemberdayaan dompet dhuafa batik berkah lestari


Sesampainya saya di lokasi. Nampak, 3 orang nenek yang sedang serius membatik. Takjub dan salut. Pikir saya waktu itu melihat semangat ketiga nenek ini yang masih semangat membatik. Saya pun langsung melihat-lihat kelihaian ketiga nenek ini dalam membatik. Rasanya, mereka seperti sedang menggambar biasa saja. Tidak ada hambatan dan kesulitas di setiap goresan.

Dompet Dhuafa mulai masuk desa Giriloyo, Imogiri Bantul ini pasca recovery gempa yang melanda wilayah tersebut. Pada mulanya, ada 3 pedukuhan yang mendapatkan pendampingan batik ini. Lambat laun menjadi 1 pedukuhan saja karena pasca recovery banyak LSM yang mulai masuk juga.

pemberdayaan dompet dhuafa batik berkah lestari
Mba Erni
Pada saat itu, Dompet Dhuafa memberikan bantuan kerjasama berupa fasilitas bahan batik tulis senilai Rp 5.000.000, bangunan permanen dan penyewaan showroom batik. Namun, bangunan permanen berupa sekretarian batik dengan showroom yang dijadikan tempat batik dirasa jauh. Mengingat banyak para pendatang yang ingin berkunjung ke sekretariat batik bisa sekaligus membatik. Maka, lokasi showroom pun dipindahkan sekalian di satu lokasi bersama sekretariat batik.
Sesampainya di lokasi batik, saya pun bertemu dengan ketua kelompok Batik Berkah Lestari Mba Erni dan Mba Nanik. Mba Erni selaku ketua kelompok bercerita, perjalanan Batik Berkah Lesatri bersama Dompet Dhuafa ini pernah ia mulai dengan sebuah gebrakan promosi dengan membuat tas batik terbesar dan selendanng terpanjang. Menurutnya, pada saat itu menjadi hasil karya yang sangat memuaskan sekaligus membanggakan.

pemberdayaan dompet dhuafa batik berkah lestari


Hingga kini, setelah nama Batik Berkah Lestari mulai dikenal di mana-mana. Tempatnya kini sudah sering dijadikan langganan lokasi PKL atau bahkan tempat kunjungan wisata edukasi baik sekolah maupun kampus.

pemberdayaan dompet dhuafa batik berkah lestari


Pemberdayaan ekonomi dari Dompet Dhuafa sebagai upaya meningkatkan dan memandirikan warga setempat hingga kini masih terus bisa dirasakan manfaatnya. Masyarakat yang membatik bisa dengan mudah Sob menjualnya hasil karyanya ke Batik Berkah Lestari tanpa perlu repot-repot memikirkan proses marketingnya.

pemberdayaan dompet dhuafa batik berkah lestari
Batik Tradisional
Saat ini, penjualan batik sudah terjual dari offline, hingga online. Menurut Mba Erni, penjualan batik paling laku ada pada batik tradisional. Oh ya, pemesanan desain batik juga bisa loh Sob. kaya batik kontempoprer ini, yang dipesan khusus desain oleh warga Venezuella. 

pemberdayaan dompet dhuafa batik berkah lestari
Batik Kontemporer dengan Desain Pesanan dari Venezuella
Batik Berkah Lestari sendiri hanya mengambil keuntungan sebesar 15% yang mana keuntungan tersebut akan masuk ke dalam dana kas dan akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan Desa Giriloyo, Imogiri Bantul, DIY. Berdasarkan cerita dari Mba Erni selaku ketua kelopok, ia menuturkan dana kas sedang difokuskan pada tahap pembangunan tempat perkemahan untuk turis atau pendatang yang ingin belajar membatik.

Nah, ini yang menarik Sob. Jadi, di tempat batik ini juga tersedia kursus membatik secara intens. Mba Erni menceritakan kalau paling cepat untuk bisa membatik, minimal mengerti semua dasar-dasarnya dari awal hingga akhir rata-rata 5 hari. Biaya kursus membatik sendiri akan dikenakan sejumlah Rp 250.000 sudah mendapatkan fasilitas menginap, makan, pendampingan membatik, kain 2.5 meter dan hasil karya.

Bagaimana, tertarik buat berkunjung dan ikut kursus membatik??? Bagi yang mau berkunjung, tur edukasi membatik atau kursus membatik bisa menghubungi terlebih dahulu ke kontak 0813-2817-4522 dan whatsapp di 081915522076.

Jadi itu dia Sob, rangkaian perjalanan saya berkunjung ke pusat pemberdayaan Dompet Dhuafa. Semoga, apa yang dilakukan DD ini dapat memberikan manfaat besar untuk masyarakat pedalaman Jogja ini. Apa-apa yang divisi misikan dari program pemberdayaan ini semoga bisa tercapai. Meningkatkan ekonomi masyarakat, memandirikan warga lokal hingga menyelesaikan persoalan sosial. Aamin.

Terima kasih sudah membaca. Bila informasi ini bermafaat, jangan lupa untuk dibagikan kepada yang rekan-rekan yang lainnya. Nextnya, saya mau review penginapan dan jajanan di Jogja ya. Uhuy, gak sabar sih mau nulis ini nih.

nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

1 komentar untuk "3 Pemberdayaan Dompet Dhuafa yang Sukses Bangkitkan Ekonomi Warga Yogyakarta"

Kornelius Ginting 12 September 2018 pukul 07.04 Hapus Komentar
Belum pernah nyobaik kripik lidah buaya...penasaran kayak apa ya rasanya?