Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Analisis Semiotika, Wacana dan Framing


ANALISIS SEMIOTIKA
            Ilmu yang memperlajari kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat dapat dibbayangkan ada. Ia akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan karenanya juga bagian dari psikologi umum. Saya akan menyebutkan semiologi (dari bahasa Yunani, semion “tanda”). Semiologi akan menunjukan hal-hal yang membangun tanda-tanda dan hukum-hukum yang mengaturnya. Ferdinand de Saussure (1857-1913).
 Tradisi semiotika terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.

Konsep Dasar Semiotika
¢  Tanda didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain. Ex: ketika adanya asap menandakan adanya api.
¢  Simbol menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti.

            Semiotika adalah ilmu yang menjawab pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan X? X dalam semiotika ini dapat berupa apa saja. Bisa kata ataupun isyarat. Saat mempresentasikan makna (makna-makna) yang dikodifikasi X dengan Y, maka tugas utama analisis semiotika secara esensial dapat direduksi menjadi upaya untuk menentukan sifat relasi X = Y.

Contoh Analisis Semiotika:

X = red (merah)

Pada contoh di atas, warna merah merujuk pada jenis warna. Akan tetapi, jika kita meneliti semiotika, maka X dapat berarti apa saja. Ex: merah lampu lalu lintas. Tanda red pada lampu lalu lintas di sini menunjukan arti berhenti.
Maka dari contoh di atas X (red) = Y (lampu lalu lintas) menjadi penggambaran dan penelusuran sifat hubungan keduanya. Merekalah menjadi subjek penelitian semiotika.

Variasi dalam Tradisi Semiotik
¢  Semantik : berbicara bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya / apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda.
¢  Sintatik : melihat kajian hubungan di antara tanda-tanda.
¢  Pragmatik : memperlihtkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau pengunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial.

Tokoh Semiotika:
¢  Santo Agustino (354-430 M)
¢  John Locke (1632-1704)
¢  Ferdinand de Saussure (1857-1913)
¢  Charles Morris (1901-1979)
¢  Roman Jakobson (1896-1982)
¢  Roland Barthes (1915-1980)
¢  Algirdas J. Greimas (1917-1992)
¢  Thomas A. Sebeok (1920-2001)
¢  Umberto Eco (1932-)

ANALISIS WACANA

            Cara tertentu untuk membicarakan dan memahami dunia.
            Analisis yang berhubungan dengan studi mengenai bahasa / pemakaian bahasa.
            Analisis wacana merupakan analisis yang memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan. (Crystal: 1987).
            Analisis wacana Sobur ( 2006:48) merupakan studi mengenai struktur pesan dalam komunikasi. Yakni telaah mengenai aneka fungsi (prakmatik) bahasa. Analisis wacana  mengkajian tentang pembahasaan realitas dalam sebuah pesan tidak hanya apa yang tampak dalam teks atau tulisan, situasi dan kondisi (konteks) seperti apa bahasa tersebut diujarkan akan membedakan makna subyektif atau makna dalam perspektif mereka.
            Analisis wacana bersifat kualitatif yang menekan pada pemaknaan teks.
            Anilsis wacana berusaha memahami bagaimana realitas dibingkai, direproduksi dan didistribusikan pada khalayak. Analisis ini bekerja menggali praktek-praktek bahasa di balik teks untuk menemukan posisi ideologis dari narasi dan menghubungkannya dengan struktur yang lebih luas. Dengan demikian analisis wacana merupakan salah satu model analisa kritis yang memperkaya pandangan khalayak bahwa ada keterkaitan antara produk media, ekonomi dan politik.

            Tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Mohammad A. S. Hikam:
  1. Positivisme-empiris
  2. Konstruktivisme
  3. Pandangan kritis

            Positivisme-empiris: penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
            Konstruktivisme: pada aliran ini, bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objekbelaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampaian pernyataan.
            Kritis: pandangan ingin mengoreksi pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.

ANALISIS FRAMING

            Pelopor pertama Beterson tahun 1955 (Subdibiyo, 1999a:23). Fram dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresisasi realitas.
            Dilaanjutkan oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.
            Analisis framing dalam pandangan ilmu komunikasi dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis framing mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring intrepetasi khalayak sesuai perspektifnya.
            Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wrtawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Pada prakteknya analisis framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan mencolok (menempatkan di headline, halaman depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.
*Penonjolan: membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan.

Teknik Framing
            Menurut Entman (Qadari, 2000:20), framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yakni:
  1. Identifikasi masalah: peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif.
  2. Identifikasi penyebab masalah.
  3. Evaluasi moral: penilaian atas penyebab masalah.
  4. Saran penanggulangan masalah: menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksikan hasilnya.


________________________________
DAFTAR PUSTAKA:
            Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dna Teori komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
            Eriyanto. 2011. ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.
            Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Phillips. 2010. Analisis Wacana: Teori dan Media. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
            Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Theories of Human of Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
            Sobur, Alex. 2006. ANALISIS TEKS MEDIA: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan, Analisis Framing. Bandunng: Remaja Rosdakarya.

            http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/metodelogi-penelitian-komunikasi-analisis-isi-wacana-semiotika-framing-kebijakan-redaksional-dan-analisis-korelasional/
nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

Posting Komentar untuk "Analisis Semiotika, Wacana dan Framing"