Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Membaca

Akhlak Tasawuf; SYARI’AH,THARIQAH DAN HAQIQAH



 Pengertian
               Syari’ah secara harfiah adalah jalan. Syari’ah sebagai jalan utama yang dimaksud dalam ilmu tasawuf adalah hukum yang disyariatkan oleh allah dan peraturan-peraturan pada umumnya yang terdapat didalam al-qur’an dan sunnah. Yang mencakup ajaran akidah, ibadah dan akhlaq yang diamalkan oleh setiap orang beriman.
               Thariqah secara harfiah adalah jalan. Thariqah dalam ilmu tasawuf adalah jalan khusus  menuju kepada tuhan. Thariqah yang dimaksud sebagai jalan khusus ialah jalan untuk mendekatkan diri kepada tuhan yang ditempuh dengan penyucian hati. Dengan menempuh tahapan-tahapan spiritual dimulai dengan bertobat dari dosa, menjalani hidup zuhud, sabar, tawakal, ridha kepada Allah dan sebagainya.
               Haqiqah secara harfiah berarti kebenaran atau kebenaran yang hakiki. Menurut syaikh Amin Al-Kurdi hakikat terbagi menjadi 3 tingkatan :
1.      Terbukanya hijab tentang perkara-perkara gaib
2.      Terpeliharanya jiwa dari akhlak tercela
3.      Dimudahkan dalam mengerjakan kebaikan.

               Seorang itu dikatakan sampai kepada hakikat apabila ia memiliki salah satu dari tiga tingkatan spiritual diatas. Itu merupakan anugerah yang diberikan oleh allah kepada orang yang menempuh jalan mendekatkan diri kepada Allah. Menurut ahli tasawuf, haqiqat bukan sesuatu yang dicapai semata-mata dengan kehendak atau usaha manusia, namun diperoleh sebagai anugerah Allah SWT.
Tujuan menempuh syari’ah dan thariqah adalah untuk mencapai sebuah hakikat.
              
               Imam Al-qusyairi berkata syari’ah ialah “amrun billtizamil ubudiyah” (perintah menjalani kewajiban sebagai hamba Allah) dalam penjelasan lain syari’ah ialah “an ta’budahu” (engkau menyembah Allah). Syari’at menunjuk ketaatan kepada hukum-hukum Allah.
               Haqiqah adalah “musyahadah al-rububiyah” ( menyaksikan keanggungan Allah). Dalam penjelasan lain haqiqah ialah “an tasyhadhu” (enkau menyaksikan Allah). Haqiqah menunjuk kepada kesadaran kalbu kepada keagungan sifat Allah.
“menyaksikan Allah” yang dimaksud adalah bukan menyaksikan atau melihat dengan mata kepala, akan tetapi menyaksikan atau melihat Allah dengan penglihatan hati. Yang dimaksud dengan penyaksian itu ialah iman kepada Allah dalam arti sesungguhnya yaitu kita percaya bahwa Allah itu benar adaNya, maha besar kekuasanNya, maha luas ilmuNya.
Dan yang demikian itu disaksikan atau dirasakan langsung dengan hati (pengalaman rohani).
                
                 Ahli tasawuf membuat perumpamaan, syari’ah digambarkan seperti sebuah lingkaran, thariqah adalah jari-jari yang terdapat dalam lingkaran, dan haqiqah adalah titik yang terdapat pada pusat lingkaran. Semua jari-jari yang terdapat pada lingkaran ditarik menuju titik yang terdapat di pusat lingkaran. Perumpamaan itu menggambarkan bahwa tariqah merupakan jalan khusus yang berada dalam syari’ah, banyaknya jari-jari dalam lingkaran menunjukkan banyaknya jalan yang ditempuh, semuanya berada di dalam syari’ah dan menuju kepada satu tujuan, yaitu di pusat lingkaran (haqiqah).   

                  Perumpamaan lainnya, syari’ah diumpamakan seperti lautan, tariqah ibarat mengarungi lautan itu, dan haqiqat ibarat mutiara yang terdapat di dasar lautan. Untuk sampai kepada haqiqat, seseorang harus mengarungi lautan sampai ke dasarnya hingga memperoleh mutiara di dasar lautan. Itu menggambarkan bahwa jalan yang ditempuh sufi penuh rintangan dan banyak godaannya sebagai lautan banyak ombaknya dan besar gelombangnya. Para sufi harus sanggup melawannya.

Takhalli, Tahalli, dan Tajalli

               Takhalli artinya mengosongkan hati dari sifat-sifat yang tercela. Tahalli artinya menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji. Tajalli, secara harfiah berarti pernyataan, yang dimaksud ialah pernyataan Allah SWT ke dalam hati hambaNya. Tajalli menurut ahli tasawuf ialah “ma yadzhar lil qulub min anwar al-ghuyub”, artinya “apa yang dibukakan oleh Allah kedalam hati hamba berupa cahaya (pengetahuan tentang) perkara-perkara yang ghaib”.
Seseorang yang menempuh jalan sufi hendaknya mengosongkan hati (takhalli) dari sifat2 yang tercela. Seperti sifat iri hati, dengki, sombong, membanggakan diri, kikir, pamer/ ingin dipuji, menggunjing, mengadu domba, dusta, banyak berkata yang tidak berguna dan sebagainya. Termasuk dalam takhalli adalah meninggalkan semua perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah.
            Selanjutnya ia menghiasi hati (tahalli) dengan sifat-sifat yang terpuji. Misalnya menghiasi hati dengan sifat sabar, qanaah, ridha, syukur, menjaga kehormatan, tawakal, cinta kepada tuhandan sebagainya. Termasuk dalam tahalli adalah bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan dan melanggengkan zikir kepada Allah.
Pada tahapan ini, kita tidak perlu melakukan takhalli terlebih dahulu baru tahalli. Tapi kita bisa melaksanakannya secara berbarengan dalam proses yang berbarengan.
            Buah yang diperoleh dari tahapan takhalli dan tahalli adalah mencapai keeadaan yang dinamakan tajalli. Yaitu terbukanya tabir yang  mengalingi hamba dengan Allah. Dalam tajalli, Allah SWT memberikan anugerah kepada hambaNya, berupa pengetahuan atau anugerah lainnya yang bersifat kerohanian.
nursaidr
nursaidr Saya biasa dipanggil Said. Aktivitas sekaligus pekerjaan saya saat ini sebagai fulltime bloger. Biasa menulis tentang apa? Apa saja, selama tulisan itu mengandung nilai informasi yang bermanfaat untuk pembaca.

Posting Komentar untuk "Akhlak Tasawuf; SYARI’AH,THARIQAH DAN HAQIQAH"